Kita Merdeka hanya atas Rahmat Allah Swt.
Kemerdekaan Indonesia jangan sampai dipisahkan dari peran Allah swt. Bukan hanya karena para pejuangnya menggeretak penjajah dengan lafadz takbir, atau karena ada para wali dan kyai dibelakang pada pejuang bangsa ini. Kita juga harus meyakini bahwa hanya Allah yang mempu memberikan kita nikmat kemerdekaan.
Maka kegembiraan atas kemerdekaan pun harus demikian, bukan sekedar bergembira karena merdeka dari penjajahan, tapi karena kemerdekaan itu didasari atas karunia dan rahmat Allah swt. Jadi sudah sangat benar di pembukaan UUD 1945 tertera : "Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa...". Ini menandakan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang bertuhan, bukan bangsa yang materialis.
Allah swt dalam al-Quran memerintahkan kita untuk bergembira atas rahmat-Nya. Dia berfirman:
﴿قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ: ٥٨﴾ [يونس: 58]
“Katakanlah (wahai Muhammad) hanya dengan karunia dan rahmat Allah hendaknya atas hal itu mereka bergembira, karena ia lebih baik daripada apa yang mereka himpun” (Q.S. Yunus: 58)
Ada Mufassir yang memaknai 'rahmat dan karunia' di sana dengan makna sempit, bahwa maksudnya adalah karunia al-Quran dan Rahmat Islam. Namun tidak jarang juga ulama memaknai karunia dan rahmat di sana lebih luas, karunia apapun, rahmat apapun. Maka termasuk di dalam rahmat dan karunia yang bermakna luas itulah ada karunia kemerdekaan, rahmat perdamaian.
Dari ayat di atas (Yunus 58), bisa disimpulkan bahwa kita diperintahkan untuk bergebira atas karunia dan rahmat Allah kepada kita, dengan catatan kegembiraan itu bukan pada karunia dan rahmat itu sendiri, melainkan karena ia datangnya dari Allah swt. oleh karenanya dalam ayat lain, Allah mencela kegembiraan manusia atas sebuah nikmat, jika tidak menyandarkan hal itu kepada Allah swt. dalam firmanNya:
﴿وَإِذَآ أَذَقۡنَا ٱلنَّاسَ رَحۡمَةٗ فَرِحُواْ بِهَاۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةُۢ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡ إِذَا هُمۡ يَقۡنَطُونَ٣٦﴾ [الروم: 36]
“Dan apabila Kami buat manusia merasakan sebuah rahmat, mereka bergembira atas rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa suatu bencana karena perbuatan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa” (Q.S. ar-Ruum: 36)
Dalam menginterpretasi ayat di atas, Syekh Nawawi al-Bantani menulis:
فإن قيل لك: الفرح بالرحمة مأمور به في قوله تعالى: قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذلِكَ فَلْيَفْرَحُوا [يونس: 58] ، وهاهنا ذمهم الله على الفرح بالرحمة، فكيف ذلك؟ قلت: هناك فرحوا برحمة الله من حيث إنها مضافة إلى الله تعالى وهاهنا فرحوا بنفس الرحمة حتى لو كان المطر من غير الله لكان فرحهم به مثل فرحهم بما إذا كان من الله.
“Jika ada yang bertanya kepadamu: bergembira atas rahmat telah diperintahankan dalam firmannya: “Katakanlah (wahai Muhammad) hanya dengan karunia dan rahmat Allah hendaknya atas hal itu mereka bergembira” (Q.S. Yunus: 58) sedangkan di ayat ini Allah swt. mencelanya, bagaimana memahaminya?. Jawabanku: Ayat di atas itu (Yunus 58) mereka bergembira atas rahmat Allah karena disandarkan kepada Allah, sedangkan di ayat ini (ar-Ruum 36) mereka bergembira karena kenikmatan itu sendiri, meskipun misalnya mereka diberi nikmat hujan bukan dari Allah, mereka akan tetap bergembira sama halnya jika ia dari Allah swt.”
Jadi mari kita rayakan kemerdekaan dengan seremonial bendera seraya mengingat perjuangan para syuhada, juga dengan mendekatkan diri kepada Tuhan yang telah memberi kita kemerdekaan.
Ali Afifi
Kairo, 17 Agustus 2021