Mengapa Abuya Sayyid Maliki Tidak Membantah Syiah? (Bag 1)
Februari 28, 2019
Mengapa Abuya Sayyid Maliki Tidak
Membantah Syiah?
Oleh: Ali Afifi
ABUYA
MALIKI DAN MURIDNYA
Saat
gencar-gencarnya Syiah mempromsikan pemikirannya di berbagai belahan dunia
termasuk Indonesia, para ulama dan pemikir berusaha menyelamatkan umat dari pemikiran
sesat ini. katakan saja pesantren-pesantren Nusantara pada umumnya, akidah
Ahlussunnah yang diwariskan dari para Habaib dari Yaman dan Gujarat telah
mengakar dalam hati kaum musimin di Indonesia, yang dipresentasikan melalui
ulama-ulama, santri, dan buku-buku yang diterbitkan.
Salah satu
pesantren yang juga gencar membela akidah Ahlussunnah Wal Jamaah adalah
Pesantren as Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki yang terletak di kota
Bondowoso, Jatim. Pesantren yang dulunya bernama Nurul Huda ini kemudian
berganti jubah dengan nama Ponpes Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki.
Pesantren ini
berubah nama sejak KH. Abdul Muiz, cucu pendiri pesantren, pulang dari kota Makkah. Allah menakdirkan Kiyai Muiz muda untuk melanjutkan
studinya ke Makkah al Mukarramah, di sebuah Universitas tersohor; Universitas
Ummul Qura. Di Makkah, Kiyai Muiz lebih banyak menghabiskan waktu dengan
bermulazamah kepada As Sayid Muhammad Al Maliki, seorang ulama ternama di zaman
itu. Ayah Sayyyid Muhammad adalah Sayyid Alawi, ayah Sayyid Alawi adalah Sayyid
Abbas, ayah Sayyid Abbas adalah Sayyid Abdul Aziz, dan beliau-beliau semua memilki
kedudukan tinggi di Makkah, entah dari segi keilmuan, nasab dan pemerintahan. Selama
bertahun-tahun, KH Muiz belajar kepada Sayyid Muhammad, tak jarang beliau sering
menjadi asisten (khaddam) dalam banyak kesempatan. Termasuk dalam satu
kesempatan, Abuya Maliki diuntdang untuk bedialog dengan Ulama Wahabi (Salafi).
Kiyai Muiz dengan cerdasnya meletakkan rekaman suara di kantong gurunya. Sayyid
Muhammad yang memang dikenal alim dan cerdas itu tentunya dengan mudah
membantah semua argumentasi lawannya. Usai perdebatan, Kiyai Muiz mengambil
rekaman tadi, kemudian mencatatnya menjadi sebuah buku. setelah rampung menjadi
buku, beliau meminta persetujuan dan mungkin tambahan dari Abuya, kemudian buku
ini diberi nama “Mafahim Yajibu an Tusahhah”.
Singkat cerita,
Kiyai Muiz adalah murid kesayangan Sayyid Maliki, beliau bukan saja belajar
ilmu akal, ilmu hati juga beliau pelajari di sana dengan dibimbing langsung
oleh Sayyid Maliki, salahsatu lulusan terbaik Universitas Al Azha Kairo itu.
Setelah beberapa tahun, tibalah saatnya
Kiyai Muiz kembali ke tanah air untuk berkhidmad, saking kedekatannya dengan sang guru, beliau dihantarkan oleh Sayyid Muhammad ke kampung halamannya, Desa
Koncer Darul Aman, Kabupaten Bondowoso. Dan dari lisan Sayyid Muhammad sendiri,
memerintahkan untuk merubah nama pesantren Nurul Huda itu dengan pesantren
Sayyid Muhammd Al Malki. Inilah Historikal pesantren dalam segi nama dan sanad
keilmuan.
Kiyai Muiz
selain aktif mengajar mendidik santri di pesantren, beliau juga aktif berdakwah
ke semua elemen masyarakat. Salah satu yang ia wariskan
dari guru-gurunya adalah, semangat menjaga akidah umat dari golongan sesat. Jika di Makkah Abuya
Maliki banyak berhadapan dengan Wahabi (Salafi). Di Bondowoso Kiayi Muiz
mewarisi spirit itu. Bondowoso yang bisa
dikatakan kota yang agak majemuk, mulai dari Wahabi, Syiah, di kota ini juga
masih kental aura mistis alias Masyarakat Kejawen (dukun, santet dl). Salahsatu
yang paling Kiyai Muiz gencar dalam memberantas adalah gerakan Syiah yang
sekamakin masif di kalangan masyarakat menengah ke bawah. klimaksnya saat gerakan ini mulai berani berliga di lapangan politik.
Pada tahun
2005, Kiyai Muiz mengirimkan puteranya; Kiyai Muhammad Hasan Abdul Muiz ke
Makkah. Untuk juga menimba ilmu di tempat yang sama, Ar rushaifah al Malikiyah.
Namun Kiyai Hasan tidak memenangi Abuya Maliki, Sayyid Muhammad wafat pada tahun 2004, dan dilanjutkan estafet beliau
oleh kholifah beliau, as Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi al Maliki.
Pada tahun 2012, Kiyai Muiz juga dipanggil ke haribaan Allah SWT, dalam keadaan mengisi materi di Mukernas Gresik, hal itu sesuai cita-cita beliau di sela-sela mengajar, “Saya ingin meninggal dalam keadaan mengajar”.
Pada tahun 2012, Kiyai Muiz juga dipanggil ke haribaan Allah SWT, dalam keadaan mengisi materi di Mukernas Gresik, hal itu sesuai cita-cita beliau di sela-sela mengajar, “Saya ingin meninggal dalam keadaan mengajar”.
Sayyid Ahmad
melanjutkan pejuangan ayahnya sebagai pengasuh para santri dan dai, beliau juga
dikenal alim, juga salahsatu lulusan terbaik Universitas Al Azhar dalam bidang
tafsir. Dari beliaulah Kiyai Muhammad Hasan bermulazamah, beliau tidak hanya
mewarisi semangat belajar dari ayahnya, semangat menjadi benteng Ahlussunnah
juga beliau tekuni. Maka tidak heran jika Kiyai Hasan Muda sudah banyak
menelurkan banyak karya, termasuk dalam membantah pemikian Syiah. Salah satu judul karya beliau “Mengapa
Syiah harus diluruskan"”.
Singkat cerita, pada tahun 2013, Kiyai Hasan melajutkan perjuangan ayahnya di pesatren Al Maliki, hingga saat ini. (Bersambung)
Singkat cerita, pada tahun 2013, Kiyai Hasan melajutkan perjuangan ayahnya di pesatren Al Maliki, hingga saat ini. (Bersambung)
0 komentar