Antara Sa'i Tawaf dan Pancasila

April 01, 2018

Ihya Ulumudin Imam al Ghazali


ANTARA SA'I  TAWAF DAN PANCASILA

"Orang berakal pasti menempatkan segala hal pada tempatnya. Kakbah tempat tawaf, dan lapangan dengan tiang bendera adalah tempat upacara"

Tidak semua yang sah secara fikih selalu sah secara Tasawwuf. Hadratussyaikh Hasyim As'ary juga sudah menjelaskan bahwa Tasawwuf adalah salah satu ajaran ormas yang beliau bina. Orang salah dalam beribadah harus diajari, bukan dimarahi. Orang bodoh harus dididik, bukan dihardik. Orang yang tidak pernah ngaji, ya jangan berbicara agama. Ibarat  tentara yang tugasnya hanya menjadi juru aman jangan ditugaskan menjadi mufti apalagi pintar menghardik ulama.

Imam Malik bin Anas berkata "Barangsiapa yang berfikih namun tidak bertasawwuf, maka dia fasik. Siapa yang bertasawwuf namun tidak berfikih maka zindiq".

Secara fikih, Imam sholat jumat hanya mengenakan celana k*lor asal menutup pusar dan lutut sudah sah, namun secara etika ini negatif dan profan. Secara fikih, berwudlu menggunakan air hasil curian sah,  kemudian shalat dengan wudu itu, sah hukumnya, namun sekali lagi perbuatan ini haram. Secara fikih bersai atau tawaf sambil membaca Pancasila atau lagu kebangsaan sah, hukum nya. Namun tidak adakah tempat lain yang lebih pas untuk menyanyikan lagu kebangsaan dan Pancasila..??

Coba lihat, apa yang ditulis ulama tasawwuf kita, Imam al Gazali. Dari doa doa yang dianjurkan saat Sa'i maupun tawaf adalah bacaan yang mengurus kepada mengingat dosa, meminta ampun, menjaga etika kepada Allah, tidak mengganggu orang lain, dan memperbanyak berzikir. Jadi ajarilah orang-orang mungkin "belum pernah ngaji"  dengan bahasa yang lembut,  santun,  karena memang watak orang awam jika ditegur bisanya keras kepala.

Misfalah, Makkah, Saudi Arabia. 1 Maret 2018

You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari