Sayyidina Husain, Mesir, dan Syi'ah

Desember 11, 2018

*gambar pintu masuk makam Sayyidina Husain di Kairo, Mesir. Tertuliskan nama Abu bakar dan Umar

Sayyidina Husain, Mesir, dan Syiah

Oleh: Ali Afifi Al-Azhari

Banyak sekali versi sejarah yang berbicara,  tentang sejak kapan munculnya gerakan sekte Syiah ini.  Ada yang mengatakan sejak zaman Nabi Muhammad, ada yang mengatakan sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, ada juga yang mengatakan sejak perang saudara antara Sayyidina Ali dan Sayyidina Muawiyah. Dari semua itu,  para pakar sejarah mengatakan, gerakan awal dari Syiah bukanlah gerakan akidah dan keyakinan, melainkan gerakan politik. Artinya antara Syiah dan Sunnah hanya tentang pendukungan Sayyidina Ali sebagai khalifah atau Tidak, tapi secara doktrin akidah, mereka semua masih sama.

Ada versi sejarah, gerakan ini dipelopori oleh seorang berdarah Yahudi, yang berpura-pura masuk Islam,  yang berhasil memengaruhi segerombolan kalangan menjadi pengikutnya, dan bergabung bersama kelompok bernama Syiah, ia adalah Abdullah bin Saba. Dengan jargon "Cinta Ahlul Bait Nabi",  orang ini dapat merekrut banyak anggota yang berhasil dipengaruhi oleh hadis-hadis palsu dan cerita buatan.
Syiah dalam bahasa Arab,  berarti pengikut. Jadi Syiah Muhammad artinya pengikut Nabi Muhammad saw,  Syiah Ali artinya pengikut Ali bin Abi Talib,  demikian seterusnya. Namun istilah ini kian menyempit setelah kelompok yang mengatasnamakan pencinta dan pembela Ahlul Bait ini memberi julukan kepada lawan mereka dengan "Nashibi"  (pembenci keluarga Nabi).  Jika tidak cinta berarti benci, jika benci pasti cinta.  Ini kaidah yang ada pada kelompok mereka. Padahal, tidak cinta bukan berarti benci, bisa saja seseorang tidak mencintai seseorang, namun tidak juga membenci.

Mengapa Syiah mewajibkan untuk membenci jika ingin menjadi pecinta?  Karena bagi mereka mencintai Ahlul Bait berarti harus membenci Sahabat Nabi. Orang pertama yang mereka benci adalah Sahabat Abu Bakar as Siddiq, kemudian Sahabat Umar bin Khattab, Sahabat Utsman bin Affan.  Karena Khalifa yang harus menggantikan Rasulullah saw pasca kewafatannya adalah Sayyidina Ali bin Abi Talib,  sepupu Nabi Muhammad Saw. Mereka mengira para khalifah yang 3 adalah para perebut kekuasaan, sehingga apa saja yang berkaitan dengan mereka harus dibenci, yang dalam hal ini juga putri-putri mereka yang dinikahi oleh Rasulullah saw.  Sayyidatina Aisyah, adalah putri Abu Bakar, Sayyidatina Hafsah,  adalah putri Umar,  dan dua putri Nabi telah dinikahi oleh Utsman bin Afwan,  Yaitu Sayyidatina Ruqayyah dan Sayyidatina Umum Kultsum. Bagaimana mungkin,  Syiah mewajibkan untuk membenci mereka semua, yang bukan hanya satu nasab dengan Nabi, yaitu keturunan Quraisy, bahkan juga keluarga secara mertua dan menantu???  Sungguh tidak masuk akal..

Menjadi pecinta tidak harus menjadi pembenci, apalagi yang dibenci bukanlah musuh Islam, bukan juga orang Munafik, tapi mereka semua adalah keluarga dekat,  bahkan darah para Ahlul Bait mengalir darah mereka. Bagaimana demikian, karena Ahlul Bait memiliki hubungan keluaraga dengan Sahabat Nabi. Sayyidina Hasan bin Fatimah,  cucu kesayangan Nabi Saw menikah dengan cucu Abu Bakar,  yang bernama Hafsah binti Abdurrahman bin Abu Bakar. Kemudian cucu Sayyidina Hasan bin Fatimah ini yang bernama Musa al-Jaun bin Abdillah al-Mahd bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Fatimah, menikah dengan cucu Abdurrahman yang bernama Ummu Salamah.

Ini adalah dari garis keturunan Sayyidina Hasan bin Fatimah,  dan sudah sangat masyhur sekali bahwa keturunan Nabi Muhammad Saw dibawa oleh putrinya,  Fatimah Azzahra,  dan keturunannya dilanjutkan oleh kedua putra nya, Hasan dan Husain.
Dari garis keturunan Al Husain, cucu nya yang bernama Muhammad Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain, menikah dengan Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar.
 Jadi dari kedua jalur, Al Hasan maupun Al Husain, semua keturunan Ahlul Bait hingga akhir zaman juga mengalir darah Sahabat termulia,  Sayyidina Abu Bakar as Siddiq, Semoga Allah meridlai semua Ahlul Bait dan Sahabat Nabi.


MESIR< SYIAH DAN AHLUL BAIT

Penulis adalah Mahasiswa Al Azhar, sore tadi sehabis mengaji Dalail al-I'jaz di Masjid Al Azhar, penulis langsung bertolak ke Masjid Sayyidina Husain,  tempat dikuburkannya kepala Sayyidina Husain bin Ali.  Jarak antara masjid Al Azhar dan Masjid Al Husain hanya sekitar 100 meter. Seusai melakukan shalat Asar di sana, penulis langsung berziarah ke makam Sayyidina Husain yang berada di dalam masjid. Makam yang tidak pernah sepi dari pengunjung.

Di sekeliling makam, tertulis nama-nama Sahabat Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman,  dan Ali.  Dan setiap hari di sana ada majlis Sholawat dan dzikir, yang tidak jarang menyebut nama para Sahabat Nabi untuk dikirimkan Al Fatihah.

Di Mesir ini, penulis belajar apa arti cinta.  Jangan tanyakan sebesar apa bentuk cinta para penduduk Mesir kepada Ahlul Bait dan Ulama. Hampir semua makam Ahlul Bait dan Ulama dijadikan mesjid, bukan untuk disembah,  melainkan bertabarruk dengan mereka.  Hampir setiap tahun Mesir merayakan kelahiran dan Haul, bukan hanya Maulid Nabi, tapi juga kelahiran Sayyidina Husain, Sayyidatina Zainab Saudari al Husain, dan masih banyak lagi.  Satu hal yang perlu dipelajari oleh para orang-orang Syiah, bahwa mencintai tidak harus membenci,  bahkan mencintai orang sekitar, mencintai orang yang dicintai oleh orang yang dicintai adalah hal yang lazim, sebagaimana kita mencintai seorang kekasih, maka apa yang dicintai kekasih harus kita cintai juga.  Apalagi keluarga kekasih, Darah Sahabat Nabi mengalir di darah para Habib dan Ahlul Bait. Bagaimana  mungkin membenci Sahabat adalah persyaratan mencintai Ahlul Bait??



Al Habib Ali Al Jufry mengatakan, Penduduk Mesir adalah salahsatu contoh pencinta sekaligus pengikut Ahlul Bait yang sejati.  Karena mereka mencintai Para Sahabat, yang mana mereka adalah kekasih Nabi, dan kekasih Ahlul Bait.  Sehingga cinta itu menjadi cinta yang murni, bukan menyebabkan kebencian kepada pihak lain.  Sedangkan Syiah memiliki kebiasaan melaknat dan mencapai Para Sahabat Nabi, bahkan dalam shalat mereka. Inikah cinta??


Pernah pada suatu hari, penulis juga melakukan shalat Duhur di Masjid Sayyidina Husain.  Di pojok paling kanan, penulis melihat seseorang sholat dengan dua anaknya menggunakan batu bundar sebagai tempat sujudnya. Batu tersebut bertuliskan "Ya Husain..."  (Wahai Husain).  Penulis memberanikan diri bertanya dari mana mereka berasal,  seorang anak yang agak dewasa menjawab,  mereka dari Saudi.  Dari cara mereka shalat, dengan rukuk dua kali dan saat duduk dari kedua sujud mereka menepuk paha, yang dalam tepukan tersebut mereka melaknat Sahabat Nabi. Besar kemungkinan mereka adalah Syiah.

Anehnya, mereka tidak menziarahi Sayyidina Husain, padahal hanya beberapa meter. Apakah karena tembok-tembok makam bertuliskan nama-nama Sahabat Nabi yang mereka benci, ataukah karena mereka tidak mau berbaur dengan orang-orang "nashibi" (pembenci sahabat).  Dalam keyakinan Syiah, orang anti Syiah lansung divonis pembenci Ahlul Bait, karena mencintai sahabat.


Terakhir, penulis ingin mengajak semua pengikut Syiah, yang mengaku sebagai pecinta dan pengikut Ahlul Bait, marilah mencintai Ahlul Bait tanpa membenci, karena cinta itu indah, bukan justru membenci adalah syarat mencintai.  Sudah jelas Nabi dan keturunannya sangat erat dan akrab dengan para Sahabat.  Belajarlah dari Mesir, belajar sebesar apa cinta mereka pada Ahlul Bait. Dan semoga, kita semua dikumpulkan bersama orang yang kita cintai,  Nabi Saw bersabda: "Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai kelak di Surga".

ditulis di samping makam Sayyidina Husain,  Cairo, 11 December 2018.


You Might Also Like

1 komentar

  1. Tulisannya mencerahkan dan
    Menyadarkan kita atas fakta sejarah dan bagaimana seharusnya beragama. Terima kasih

    BalasHapus

aLi_afifi_alazhari