Salahkah Berlebihan dalam Mencintai Nabi SAW?

November 11, 2018


Salahkah Berlebihan dalam Mencintai 
Rosulullah Saw?

Oleh: Ali Afifi Al- Azhari
Cinta, sebuah kata yang sangat fenomenal tidak hanya dari segi rasa, bentuk maupun warna, tapi mencakup segala aspek kehidupan. Cinta merupakan anugerah Allah Swt yang tidak ternilai harganya. Cinta tidak dapat dibeli dengan jutaan rupiah, dengan tahta, ataupun kekuatan, tetapi cinta akan timbul kepada siapa saja; kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit, tua ataupun muda. Cinta adalah sumber dari segala hal. Sebab cinta, manusia diciptakan, sebab cinta, manusia dapat hidup, sebab cinta, manusia dapat merasakan manisnya iman, dan sebab cinta juga, manusia kelak akan merasakan syurga.
\
Allah Swt menganugerahkan cinta kepada semua makhluknya-utamanya manusia- tanpa harus meminta. Cinta timbul secara tidak sengaja, energi kuat yang ditimbulkan oleh cinta tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apapun. Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta. Cinta adalah perasaan di dalam sanubari lubuk hati yang tedalam yang bisa membawa kita melayang ke dunia fana yang penuh dengan mimpi indah.

                Di dalam tulisan ini, penulis tidak ingin mengangkat tema cinta antara lawan jenis, tapi lebih dari itu. Cinta di sini adalah cinta yang paling agung, cinta yang paling suci, dan cinta yang paling mesra. Cinta  terhadap Kekasih  Tuhan yang Maha Mesra.  Dengan cintanya kita dapat merasakan manisnya Iman dan Islam, dengan cintanya kita dapat memperoleh cinta Sang Ilahi kelak di hari dikumpulkannya semua jenis kulit. Yaitu cinta kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

                Sungguh sangat beruntug seseorang yang memiliki cinta itu_cinta yang suci_. Tidak semua orang dapat merasakannya, kecuali orang yang telah dipilih oleh Allah Swt, dan telah ditanamkan di dalam hatinya rasa cinta itu. Maka selayaknya bagi orang-orang pilihan tersebut untuk senantiasa mensyukurinya dengan memelihara cinta itu.

Cinta kepada Rosulullah Saw merupakan tanda kecintaan kepada Allah Swt. Tidaklah akan mencintai Allah Swt sebelum mencintai Rosulullah Saw, sebab beliau adalah kekasih Allah yang wajib kita cintai. Impossible seseorang mengaku mencintai Allah Swt sedangkan dalam hatinya sama sekali tidak ada rasa cinta terhadap kekasih Allah Swt.

Tidaklah dikatakan sempurna iman seseorang melainkan dia telah mencintai Rosulullah dengan sebenar-benar cinta. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

 عن أنس بن مالك (رضى الله عنه) قال : قال رسول الله (صلى الله عليه وسلم) :  " لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين "
Dari Sahabat Anas bin Malik Ra., beliau berkata: “Telah bersabda Rosulullah Saw: “ Tidaklah kalian beriman hingga aku menjadi orang yang paling dicintai daripada anaknya, ayahnya, dan semua manusia”.

            Bukan hanya manusia, segala yang ada di alam semesta juga mencintai Rosulullah Saw. Allah Swt menganugerahkan cinta kepada makhluknya yang hidup maupun mati, mereka juga bisa merasa cinta dan rindu kepada Rosulullah Saw.  Dalam sebuah hadis , Sy Ali bin Abi Tholib menceritakan:

 كنا مع النبي - صلى الله عليه وسلم - بمكة، فخرجنا معه في بعض نواحيها، فمررنا بين الجبال والشجر، فلم نمر بشجرة ولا جبل، إلا قال: السلام عليك يا رسول الله. رواه الترمذي وحسنه، والحاكم وصححه، وأقره الذهبي
            Kami bersama Nabi Saw di Makah, dan kami keluar bersama beliau di sekitar Makah. Kami lewat di antara gunung-gemunung dan pepohonan, tidaklah kami melewati gunun dan pohon kecuali mengatakan : Keselamatan atasmu wahai Rosulallah.”

Lihatlah, pepohonan dan gunung-gunung juga bisa jatuh cinta kepada Rosulullah Saw. Mereka mengucapkan salam kepada Rosulullah Saw merupakan bukti cinta mereka. Mereka juga bisa merasa rindu, bahagia, bahkan menangis jika berpisah dengan Rosulullah. Di dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam sohihnya, juga diceritakan  mengenai kecintaan sebuah kayu yang dijadikan sandaran Nabi saat berkhutbah. suatu hari, kayu itu sudah lapuk dan ingin diganti dengan kayu yang baru. Sebab dia tidak ingin dipisahkan dengan kekasihnya Rosulullah Saw. Dia menangis tersedu-sedu hingga terdengar oleh Rosulullah Saw dan para sahabatnya. Untuk menghibur kayu itu, Rosulullah Saw mengatakan kepadanya: “ Tidakkah kau senang  jika kujadikan engkau sebagai sandaranku kelak di Syurga?”. Seketika, kayu itu berhenti menangis dan suara rintihan itupun hilang.

            Cinta kepada Rosulullah Saw adalah martabat cinta yang paling tinggi_tentunya setelah kecintaan kepada Allah Swt_yang harus disyukuri. Sebab dengan cinta itulah akan timbul cinta kepada Allah Swt. Jarak atau pemisah antara mencintai Allah Swt dengan Rosulullah Saw tidaklah jauh, barang siapa yang mencintai Rosulullah Saw, maka dia telah mencintai Allah Swt.

Setiap pencinta akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.  Jika ia mencintai orang yang ahli maksiat, maka kelak dia akan dikumpulkan bersamanya. Jika ia cinta kepada orang soleh, maka diapun akan dikumpulkan bersamanya. Dan cinta kepada Rosulullah, kelak akan dukumpulkan dengan Rosulullah Saw. Di dalam sebuah riwayat diceritakan:

   جاء رجلٌ إلى النبي - صلى الله عليه وسلم - يسأله عن الساعة، فقال :"وماذا أعددت لها ؟".  قال: " لا شيء، إلا أني أحبُّ الله ورسوله "- صلى الله عليه وسلم – فقال: " أنت مع مَنْ أحببت".

            Datang kepada Nabi Saw seorang lelaki dan bertanya mengenai Hari Kiamat. Kemudian Nabi saw bertanya : “Apakah yang kau persiapakan untuknya?”. Lelaki itu menjawab :”Aku tidak memiliki persiapan apapun, kecuali hanyalah kecintaanku kepada Allah Swt dan Rasulnya Saw ”. kemudian Nabi Saw berkata kepadanya: “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai”.

            Dari rasa cinta pastilah akan timbul beberapa perasaan yang termasuk akibat dari cinta itu. Bahkan tidak jarang rasa cinta itu diaplikasikan dengan perbuatan atau tingkah laku. Maka bukanlah hal aneh jika seseorang memuji Rosulullah Saw dengan pujian-pujian berupa sholawat dan Syi’ir (puis), ataupun bergembira dengan hari kelahirannya. Sebab itu adalah implikasi kecintaan mereka kepada Rosulullah Saw. 

Merupakan suatu yang wajar jika ada seseorang yang menangis tatkala berzirah ke makam Rosulullah Saw di Rudhloh, ataupun secara tidak tidak disadari dia megalirkan air mata tatkala nama Rosulullah Saw disebut. Ada juga yang mencium tembok dan pagar  makam Rosulullah Saw sambil melafalkan pujian terhadap Nabi Saw. Tidaklah lain,  hanyalah sebab mereka mencintai Rosulullah Saw, dan hal demikian tidak dilarang di dalam agama Islam.

Kemudian akhir-akhir ini, kita dihadapkan dengan makhluk baru yang mempropagandakan tauhid atau pemurnian agama. Mereka mengatakan bahwa mencintai Rosulullah seperti yang dilakukan oleh banyak orang adalah perkara syirik, merayakan dan bergembira dengan hari kelahiran Nabi adalah perkara haram, bid’ah dan sesat.  Mencium tanah, tebok, atau apa saja adalah syirik. Serta memuji Rosulullah Saw dengan Syi’ir atau lantunan Qosidah juga perkara yang tercela.  Mereka juga melarang memanggil nama Rosulullah dengan “Sayyidina”(junjungan kami), mereka juga melarang bertabrruk dengan Rosulullah Saw. Sungguh hal ini sangatlah meresahkan umat, utamanya para ulama dan salafunassoleh.  Sikap mereka sungguh aka meruntuhkan asas agama Islam.  Umat muslim dilarang mencitai Nabinya,dan dilarang bergembira serta memuji Nabinya. Mereka menyuruh untuk menganggap Roslulullah seperti orang biasa.  Bukankah justru apa yang mereka lakukan adalah perkara mungkar? .

                Sungguh apa yang mereka lakukan; melarang kita mencintai Nabi adalah salah satu tanda bahwa mereka tidak faham agama Islam, tetapi merasa sudah faham dengan agama islam, bahkan sampai merasa paling faham tauhid.  Mereka memang berdalil hadis Nabi Saw, tetapi penepatan dalilnya adalah salah sebab mereka memang tidak faham agama Islam secara utuh. Okelah mereka menggunakan hadis, tetapi dalil mereka hanya satu hadis saja dan akan kita bahas setelah ini, tetapi kita memilki beratus hadis yang kita amalkan, dan tidak hanya perpegang kepada satu hadis saja. Salah satu hadis yang mereka jadikan sandaran melarang semua itu adalah:

قال رسول الله_صلى الله عليه و سلم_:  لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم، إنما أنا عبد فقولوا عبد الله ورسوله.  أخرجه البخارى
            Bersabda Rosulullah Saw: “ Janganlah kalian memujiku seperti pujian kaum Nasrani terhadap Nabi Isa As. Seungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka sebutlah aku Hamba Allah serta Rosulnya.”   

            Dari cara pendalilannya saja mereka sudah salah, coba kita perhatikan kata كما أطرت النصارى ابن مريم. Di sini, Nabi Saw melarang memuji seperti yang dilakukan oleh Nasrani terhadap Nabi Isa. Apakah yang dilakukan Nasrani terhadap Nabi Isa? Bisa kita perhatikan saat ini, Umat Nasrani menganggap Nabi Isa sebagai anak Tuhan (Allah) bahkan menganggapnya sebagai tuhan, mereka tidak lagi menyembah Allah Swt, tatapi patung salib Nabi Isalah yang mereka sembah. Apakah akan disamakan dengan kita yang sholat 5 waktu dan menyembah Allah serta meminta kepada Allah Saw dalam doa-doa kita?....Tentulah tidak, sangat berbeda jauh antara kita memuji Rosulullah dengan cara memujinya Nasrani terhadap Nabi Isa As.   Pendalilah mereka menggunakan hadis itu salah sasaran. Jika mereka mau mensurvei semua umat muslim yang mencintai Nabi Muhammad Saw, tidak akan ada seorangpun yang mengatakan Rosulullah Saw adalah Tuhan, tidak akan ada yang mengatakan bahwa Rosulullah adalah anak Allah. Justru semua umat Muslim akan mengatakan dengan serempak bahwa Rosulullah adalah kekasih Allah,  bukan tuhan atau anak tuhan.  Mereka mencintai Rosulullah sebab mereka mencintai Allah Swt. Di dalam banyak Di dalam firmannya Allah menyatakan :

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ

Artinya: Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu (Muhammad) Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka.

Di dalam ayat tersebut, Allah Swt menggunakan sighat Mubalaghah artinya secara langsung menyatakan bahwa orang yang membaiat Rosulullah Saw berarti orang tersebut telah membaiat Allah Swt.

Maka berhati-hatilah dari melarang muslimin mencintai  Alla Swt dan Rosulullah Saw meski berlebihan, sebab dikahwatirkan bukannya malah memurnikan tauhid, justru akan mendapat ancama dari Allah dalam firmannya:

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

  Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (at Taubah: 24)

You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari