Mengapa Abuya Sayyid Maliki Tidak Membantah Syiah? (bag 2)

Februari 28, 2019




SAYA BANGGA MENJADI MURID MEREKA

Bisa dikatakan, penulis pernah menyantri kepada Kiyai Muiz dan Kiyai Muhammad Hasan, sebelum kemudian melajutkan ke Universitas Al Azhar Mesir. Dalam istilah sastra Arab, penulis bisa disebut “Mukhadram”. Alias orang yang menututi dua masa atau dua priode. Selama menyantri, penulis menyaksikan sendiri kegigihan dua Kiyai lulusan Makkah itu dalam membela agama,  mendidik umat, dan penyelamatan akidah dari bebagai sekte sesat. Dan sekte yang sedang bertelur di kota kami adalah sekte Syiah.
Semangat itu menular kepada penulis, meski masih bisa meniru tak sampai seujung kuku. Di Al Azhar penulis menemuka semua golongan ideologi yang dulunya hanya penulis temukan di buku-buku. di sini, penulis dapat langsung bertatap muka dan berdiskusi. 

Al Azhar sendiri terkait akidah sangat tegas, akidah yang di anut Al Azhar adalah Ahlussunnah wal Jamaah, yang dipresentasikan oleh Mazhab Asyairah, Maturidiyah dan Ahlul Hadits. Dan dalam bidang fikih pengamalan, Al Azhar menganut Hanafi, Maliki, Syaifii, dan Hambali. Sedangkan dalam pengajaran, ia menggunakan 8 Madzhab; 4 madzhab pertama, Ja’fariyah (Syiah), Zaidiyah (Syiah), Dzahiriyah dan Ibadiyah (khawarij). Hal itu karena keeksistensian madzhab di atas, meski hanya dianut minoitas kaum Musimin. Dan yang menjadi spirit Al Azhar mengenai Madzhab Islam adalah, melakukan pengenalan, merukunan secara sosial, dan mengupayakn taqrib dalam bentuk dialog ilmiah, kemudian mencari kesamaan meski hanya dalam ranah sosial.

PERDEBATAN ITU DIMULAI
Dalam sebuah kesempatan, penulis pernah berdebat dengan salah seorang yang mengatasnamakan dirinya seorang cendikia alias pemikir. Meski debat itu tidak dipublis secara resmi, melainkan sebatas saling melempar pertanyaan melalui pesan dan tulisan. Tema yang kita bicarakan terkait Syiah. Lawan debat penulis tahu bahwa penulis adalah murid dari madrasah Abuya Maliki, ia juga tahu siapa sosok Abuya Maliki. Dalam dialog tersebut, secara doktin ideolgis dan teologis, kita masih bisa saling lempar argumen, meski agumen dari Sunni selalu unggul. Jujur saja, penulis samasekali tidak berfikir, apalagi dengan susah payah membantah argumentasi Syiah. Sebab perdebatan Sunni-Syiah, termasuk perdebatan lama antar kaum Muslimin, sehingga kita hanya tinggal membaca argumentasi yang sudah ditulis oleh ulama kita dari kalangan mutakallimin. 
Memang tidak bisa dipungkiri, yang paling gencar membantah Syiah adalah dari kalangan Salafi, dan yang paling mencar membantah Salafi adalah dari kalangan Syiah. Dan keduanya sama-sama bukan Ahlussunnah Asyairah yang dianut masyoritas Umat Islam dari zaman ke zaman. Justru yang paling berhak membantah semua sekte sesat adalah dari kalangan moderat (Asy’ariyah-Maturidiyah-Ahlul Hadist), kerena itulah yang dilakukan oleh ulama kita dahulu. 

Perdebatan sudah berakhir, kita hanya tinggal membaca dan menimbang, mana yang lebih dapat dipertanggungjawabkan kesohihannya. 
Singkatnya, obrolan saya dan cendikian tadi pun sudah berubah ke tema berbeda, bahkan kita mulai bergurau dan membicarakan hal yang agak konyol. Ya, demikianlah seharusnya, pebedaan yang ada tidak seharusnya menjadi “sapace” pesaudaraan yang sudah Allah ciptakan. perbedaan ideologi hanya bertempat di otak, kepala. Sedangkan dalam kehidupan bersosial kita masih  bisa ngopi, bahkan bergurau.

Tetiba, kawan penulis melontarkan sebuah pertanyaan yang membungkam saya seribu bahasa. Awalnya ia bertanya tentang pesantren dan hubungannya dengan Sayyid Muhammad. Penulis menjawab secara singkat seperti yang sudah dikutip di paragraf seeblum nya. Kemudian ia betanya, “Antum sudah membaca buku-buku Sayyid Muhammad?”. “Saya hanya membaca beberapa, tapi beberapa judul saya mengenalnya dan paling tidak tahu daftar isinya”. Saya jawab demikian.
“Oh ya, Antum gencar membantah Syiah itu dari mana?, Sayyid Muhammad sendiri tidak pernah menulis buku khusus membantah Syiah, buku-buku beliau--yang saya tahu banyak  membantah Wahabi.”
Penulis bungkam...
“Atau jangan-jangan antum terprofokasi oleh dakwah Wahabi yang begitu gencar membantah Syiah??”. Sentilannya kepda saya. (Bersambung)

You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari