Imam Ibn al-Hajj dalam kitabnya al-madkhal, jilid 2, mengutip sebuah hadis yang berbunyi:
تكفل الله برزق طالب العلم
"Allah SWT telah menanggung rezeki para pencari ilmu".
Ilmu yang dimaksud, sebagaimana penjelasan para Masyayikh adalah ilmu apa saja, selama ilmu itu memberikan manfaat yang positif. Tidak terbatas dengan ilmu agama. Namun tetap saja kemuliaan mempelajari ilmu agama tidak bisa disamakan dengan mempelajari ilmu lain.
Dalam buku ini Imam Ibn al-Hajj menerangkan bahwa Allah SWT telah memberikan jaminan rezeki kepada setiap makhluk, manusia maupun hewan, muslim maupun non-muslim . Semua telah Allah berikan porsi rezeki masing-masing sebagaimana porsi umur. Akan tetapi Allah SWT melalui lisan utusannya Nabi Muhammad Saw memberikan porsi khusus untuk para penuntut ilmu. Rezeki yang dimaksud adalah dimudahkan dalam segala hal dan urusan. Penuntut ilmu telah meluangkan waktu dan tenaganya dengan bertatih-tatih untuk memahami sebuah ilmu, maka dalam hal rezeki ia tidak perlu lagi bersusah-payah. Hal ini sangat terbukti di lapangan, ia yang berilmu,apapun ilmunya, akan lebih didahulukan daripada yang tidak.
Pernah mendengar beberapa Masyayikh menjelaskan, sebagaimana al-Quran merupakan mu'jizat Nabi Muhammad Saw yang paling agung, maka demikianlah ilmu, ia merupakan karomah seorang Wali Allah yang paling hebat. Imam Ibn al-Hajj juga menulis demikian:
وهذا من كرامات العلماء اعني فهم المسائل وحسن القائها والمعرفة بسياسة الناس في تعليمها
"Hal ini merupakan karomah para ulama, yang saya maksud adalah kemampuan memahami permasalahan ilmiah dan kelihaian dalam menyampaikannya serta keahliannya dalam mengajar"
Saya pernah mendengar Syekh Fathi Hijazi menjelaskan, "Allah menjadikan ilmu sebagai kemuliaan, dan dengan ilmu seseorang seakan berada di posisi seorang Nabi, sebab lisannya menyambungkan lisan Nabi Muhammad kepada umat setelahnya. Oleh karenanya Nabi Muhammad bersada " Para ulama adalah pewaris para Nabi".
Dalam pengajian Dalilul I'jaz karya Imam Abduh Qahir al-Jurjani di masjid Al Azhar , Syekh Muhammad Abu Musa mengatakan begini, "Cukup kitab ini (Dalail I'jaz) adalah bukti akan kewalian Imam Abdul Qahir, dan kitab ini adalah karomah beliau yang Allah perlihatkan kepada kita hingga sekarang".
Ini mengingatkan saya pada Kyai di pesantren dulu, bahkan tirakat atau tarekat pesantren kita adalah belajar dan mengajar. Bahkan beliau sendiri bercita-cita ingin meninggal dalam keadaan mengajar, sebagaimana gurunya Sayyid Muhammad Al Maliki. Dan Allah kabulkan doa itu, Kyai saya wafat pada tahun 2012 lalu. Rahimahumullah
Semoga ,kita diberikan kemampuan untuk memahami ilmu, kemampuan mengamalkannya, dan kemampuan untuk menyampaikannya. Dan menjadi orang orang bermanfaat untuk semua orang, dan menggembirakan Baginda Rasulullah Saw serta para guru guru amin ..
Ali Afifi
Kairo, 29 Jan 2022