Salafi-pun Ikut Maulidan

Oktober 06, 2022


 Bagaimana cara mengajak kaum Salafi hadir di acara Maulid Nabi Muhammad SAW.?


Semenjak kedatangan ke Mesir, saya banyak menemukan cara- cara inovatif masyarakat Mesir merayakan maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka punya ceremonial yang beragam untuk mungkin bisa kita tiru di tempat kita nanti. Tergantung kebutuhan, lingkungan tempat hidup dan audien yang hadir.

Misal jika dari kalangan sufi, mereka mengadakan acara seperti kumpul membaca buku maulid, seperti ad-Daiba'i, Simtuddurar, maulid Ibn Hajar dll, kemudian ada banyak lantunan pujian-pujian kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, ada juga mahallul qiyam, disertai alat musik, kemudian ada pembagian makanan di akhir acara. Acara seperti ini, hampir mustahil dihadiri salafi. Sebab di dalamnya ada alat musik, ada mahallul qiyam dan ada pembagian makanan. Apalagi di dalam qasidah yang dibaca ada yang berlirik seperti ini:

مدد مدد يا رسول الله... 

برسول الله والبدوي ورجال من بني علوي ....

يا طيبة يا دور العيانا....

يا رسول يا سندي ...انت باب الله معتمدي. ..

Sudah pasti tidak bisa diterima Salafi; karena telinga Salafi sudah auto benci dengan kalimat-kalimat di atas yang dianggap syirik. Kalau tidak, mungkin kesalafiannya kurang otentik. 

Ada juga perayaan yang dibungkus dengan semisal konferensi, dihadiri para dosen, cendikiawan, dan petinggi pemerintahan. Acara ini biasanya diadakan negara Mesir secara resmi. Isinya tidak ada senandung pujian dan solawat yang diiringi musik, mungkin juga tidak ada makanan berat selain snack. Para tamu undangan hanya akan disuguhkan pembacaan makalah dari pemateri dan kalimat sambutan dari awal hingga akhir. Kemudian ditutup dengan pemberian piagam dan semisalnya. Acara ini hanya dihadiri oleh mereka yang punya jabatan, salafi ataupun bukan mereka harus hadir karena tuntutan atasan. 

Kemudian ada perayaan yang diadakan oleh kangan ulama, atau instansi pendidikan syar'i, seperti Al-Azhar, atau Hai'ah kibar ulama. Acara maulid mereka adalah mengaji. Iya, mengaji kitab, seperti Sirah/tarikh Nabi, atau kitab Hadis atau lainnya, yang dibungkus dengan acara maulid. Acaranya tidak ada mahallul qiyam yang dipungkiri kaum salafi, tidak ada pujian kepada Nabi yang dianggap syirik oleh salafi, dan tidak ada zikir mengeraskan suara atau alat musik dan semisalnya yang tidak diterima Wahabi. Intinya acara maulid itu adalah mengaji kitab, dihadiri oleh beberapa ulama sebagai pemateri dan diakhiri dengan pengijazahan kitab yang dibaca. 

Nah acara model ketiga inilah yang dilakukan oleh Al-Azhar setiap tahunnya. Bukan hanya saat maulid Nabi, di semua perayaan-perayaan semisal malam Isra' Mi'raj, malam Nisfu Sya'ban, malam Nuzulul Qur'an, juga dirayakan dengan mengaji kitab. Jadi tidak ada yang khusus dari perayaan itu selain mengaji?? Sebab pengajian di luar even itu pun juga dilakukan...?

Ada kekhususan yang dilakukan selain mengaji, yaitu tema kajian dan buku yang dikaji. Jika sedang perayaan maulid, maka yang dibaca adalah kitab tentang Sirah Rasulullah, seperti Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi, Kitab as-Syifa karya Qadhi Iyadh, kitab Fiqhussirah karya al-Buthi. Misal jika dalam perayaan Isra mi'raj, ya membaca kitab yang berkaitan dengan itu. 

Kekhususannya juga, kitab di atas hanya dibaca cepat dan dijelaskan seperlunya saja. Agar bisa khatam dalam satu majlis, atau dibaca khusus bulan Rabiul awal penuh. Dan kemudian setelah kitab itu dibaca, Masyayikh akan memberikan ijazah dari kitab yang dibaca, dengan sanad yang bersambung kepada penulis kitab. Jadi, Syaikh tersebut harus sudah pernah membaca atau memiliki ijazah dari kitab yang dibaca di even itu. Tidak hanya mengajarkan padahal dia tidak pernah belajar kepada guru.

Maulid tahun lalu (1443 H.) Al Azhar membaca kitab (عرف التعريف) karya Imam al-Jazari, dan hari ini, tanggal 9 maulid 1444 H. Al Azhar membaca kitab Sirah dan Maulid (الدرة السنية في مولد خير البرية) karya Imam al-Hafidz al-Ala' dan kitab hadis "Arba'in". Karya imam an-Nasawi. Majlis dihadiri oleh beberapa Ulama, diantaranya Syekh Ahmad Ma'bidh, Syekh Abdul Aziz as-Syahawi. Dan di akhiri majlis dengan pengijazahan kepada yang hadir. 

Saya memerhatikan banyak orang salafi yang hadir , mungkin niat mereka tidak hadir perayaan maulid, tapi hadir ijazahan kitab. Berhitulah meraka, mereka hanya mengambil dari kita Asya'irah dan Sufiah, ilmu dan sanadnya saja. Pada akhirnya Meraka hanya akan bilang (kita ambil ilmu dan sanadnya tapi tidak akidah nya) itu sudah biasa di mereka. Karena ulama Meraka dan kelompok mereka itu tidak punya sanad, tidak punya ketersambungan silsilah guru, dan tidak punya pendahulu dari kalangan salaf. Jadi tidak ada satupun sanad semua keilmuan Islam kecuali diisi oleh ulama kita, Ahlussunah Asya'irah Matirudiyah dan Mazhab yang 4.. ini membuktikan bahwa kitalah pengikut salaf, kitalah Ahlussunah wal jamaah. 

Wal hasil, dengan acara majlis ilmu seperti ini, yang jauh dari hal hal yang dipungkiri Salafi, lama-lama mereka akan belajar pula tentang Islam yang sebenarnya. Tentang ilmu yang sebenarna. Dengan demikian kita merangkul semua kalangan umat Islam dalam bingkai Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah segera memunahkan Mazhab salafi ini, sebagaimana punahnya Mazhab Mu'tazilah..karena kita semua tidak menyukai perdebatan musiman ini...

Terakhir Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi untuk kita kedepannya. Mengingat ceremonial kita dalam Maulid Habi yang masyhur hanya didominasi model pertama tadi. Kalaupun ada beberapa pesantren yang diselingi pembaca kitab, itu masih sangat jarang. 

***

Keterangan foto di Bawah ini, adalah perayaan Maulid Nabi di Al Azhar tahun 2012, yang dihadiri ulama para ulama di antaranya Syekh Nuruddin Itr, Syekh Toha Hibisyi, (rahimahumallah)Syekh Abdul Baits al-Kattani, Syekh Ahmad Ma'bad Abdul Karim, Syekh Jamal Faruq, Syekh Yusri Jabr dll. Untuk perayaan yang baru saja dilakukan di Al Azhar saya tidak sempat memfotonya.


Ali Afifi Al-Azhari 

Masjid Al Azhar Kairo

9 Rabiul awal 1444 H. 

5 Oktober 2022 M.

You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari