Anda Bertanya, Syekh Ali Jum'ah Menjawab
Juni 19, 2017
Anda bertanya, Syekh Ali Jum’ah menjawab.
Pertanyaan:
Seorang asal negara Ukraina bertanya kepada Sykeh: “Di negara
saya, waktu Isya ‘ pukul 23.30, waktu Maghrib pukul 22.00, dan waktu adzan
Subuh pukul 02.00. Bagaimana dengan puasa saya yang lamanya 20 jam, hal itu
akan berakibat buruk terhadap kesehatan saya. Juga untuk meakukan sholat
Tahajjud, saya tidak mungkin mengawalinya dengan tidur dikeranakan waktu 4 jam
habis untuk sholat Tarawih dan persiapan sahur. Terimakasih.
Jawaban Syekh Ali Jum’ah:
Pertama mengenai sholat Tahajjud, si penanya berkeyakinan
sholat Tahajjud bisa dikatakan Tahajjud jikalau mengawalinya dengan tidur terlebih
dahulu. Padahal tidur bukanlah syarat untuk melakukan shoalt Tajjaud. Kalian bangun
malam seluruhnya juga disebut Tahjjud. Karena secara bahasa (تهجد)berasal dari kata هجد yang artinya (Tidur di malam hari), kemudian
kemasukan hurus Ta’ yang bermakna Lissalb (Kebalikan). Sebagaimana
kalimat (تأثم) “Atsima” artinya berbuat dosa, “Taastsama”
artinya meninggalkan perbatan dosa. Tahajjud artinya tidak tidur. Jadi tidak
disyaratkan tahajjud harus tidur sebelumnya. Dan kepada orang tersebut setelah
melakukan shalat Tarawih, boleh langsung melakukan sholat Tahajjud.
Kemudian pertanyaan ke-dua, mengenai puasa 20 jam. Para Ulama
berfatwa, jika waktu berpuasa dalam sebuah negeri lebih dari 18 jam, mekipun
lebih satu menit, maka boleh baginya berbuka atas waktu Ummul Qura (Makkah). Karean
itulah Allah menjadikannya Ummul Qura (Ibu dari semua Kota) karena kepadanyalah
kita berkiblat, berhaji dan berumrah.
Apakah dalil atas hal itu?, dalilnya adalah hadis tentang Dajjal.
Nabi bersabda pada hari itu bahwa sehari bagai setahun, sebagian tempat sehari
bagai sebulan, dan bagian bumi lain bagai sepekan. Salah seorang sahabat
bertanya: Apakah selama setahun itu cukup sholat sehari saja wahai Rasulullah?”
Nabi menjawab, “Tidak, tapi kira-kiralah dengan waktu.” Wallahua’lam.
*Diterjemahkan oleh Ali Afifi, Santri Al-Azhar Kairo.
0 komentar