Jawaban Santri Al-Azhar untuk Prof Sumanto al-Qurtuby

Juni 14, 2017


Jawaban Singkat untuk Pak “Prof” Sumanto al-Qurtuby

Gelar doktor tidak menjamin seseorang bisa mendapat hidayah dan petunjuk dari Allah SAW. Bahkan banyak doktor "Muslim" yang mengatributi namanya dengan gelar panjang namun perkataan dan perbuatannya sangat jauh dari nalar rasionalitas seorang Muslim. Terlebih lagi sekarang sedang gencar-gencarnya para pembenci Habib Rizziq Syihab. Berlandaskan kebencian layaknya anak kecil itu, si doktor (sebagai orang yang sudah piteer) mengeluarkan statemen irasional melalui akun facebooknya yang diposting pada 13 Juni pukul 08.30. (https://www.facebook.com/Bungmanto).  Dia mengatakan keturunan Nabi Muhamad tidak ada alias terputus. Dia berlandaskan dengan dua argumen. Pertama, faktor genetik dan kedua, tradisi sosial. Sebenarnya pernyataan ini senada dengan pernyataan salah seorang tokoh Salafi Indonesia yang juga mengatakan tidak ada keturunan Rasulullah yang disebut Para Habaib,  sampai di sini ulama Salafi dan doktor Liberal itu sepakat dan sependapat.  
Faktor tradisi sosial yang dia maksud adalah, tradisi Bangsa Arab yang menjadikan garis keturunan melaui jalur ayah atau yang biasa disebut patriarkhi. Keturunan Rasulullah semuanya melalui jalur Sayyidah Fatimah, suaminya adalah Ali RA, dan Ali adalah putra dari Abu Thalib--yang menurut doktor itu masih kafir dan belum masuk Islam. Jadi keturunan Rasulullah tidak ada, melainkan yang ada hanya ketrunan Ali.
Kemudian faktor genetik, Jika ayah dianggap pembawa nasab, maka Ali  adalah ayah dari Hasan Husain dan kakek mereka adalah Abu Thalib yang masih belum masuk Islam.
Maka Jawaban saya: 1.Dalil Keimanan dan kecintaan terhadap Rasulullah, 2. Dalil Genetik, dan 3 Dalil Sosial budaya.   
Dalil Keimanan:
Dalam Tafsi al-Qurtuby (Sesuai nama Doktor di atas) halaman 7312 cet. Dar El Rayyan Litturats, Imam al-Qurtubi menceritakan asbab nuzul surat al-Kautsar. Ada seorang bernama Ash bin Wail sedang berbincang dengan Rasulullah sambil berdiri. Kemudian kelompok Kafir Qurais bertanya kepada Ash, “Dengan siapa kau berdiri?”. “Bersama Abtar” jawabnya. Abtar dalam bahasa Arab antinya tak memilki keturunan, dan hanya memilki anak perempuan. Maka turulah ayat “Inna Syaniaka Huwal Abtar” yang berarti “Ash bn Wail” adalah orang yang dimurkai Allah. Imam al-Qurtuby menyebutkan cerita lain, tatkala Ibraim putra Rasulullah wafat, Abu Jahal mengatakan, “Muhammad telah menjadi orang yang Abtar”. Maka turunlah ayat di atas yang berrati hinaan kepada Abu Jahal. Jadi sampai di sini, terlihat jelas persamaan si Doktor dengan Arab Jahiliyah.
Nabi pernah besabda “Setiap Nasab dan garis keturunan akan terputus pada hari kiamat kecuali keturunanku” (HR. Ibn Ashakir dan al-Hakim), dalam kitab “Ali al-Bait karya Sykeh Hisyam Kamil; Dosen Syariah Islamiyah Al Azhar Kairo. Hal. 17 cet. Dar El Mannar.
Rasulullah pernah bersabda mengenai Sayyidina Hasan bin Ali : “Sesunguhnya anakku ini (Hasan) adalah Pemuka bagi umat manusia, dia akan mendamaikan dua kelompok yang sedang bertengkar.” Abu Bakar as-Shiddiq juga pernah berkata “Cintailah dan Jagalah Rasulullah melalui Keturunannya”. Jika Al Hasan adalah anak (cucu) Rasulullah, maka keturunannya adalah keturunan Rasulullah SAW. Disarikan dari ceramah KH. Lutfi Bashori; Singosari malang, Alumni Abuya Sayyid Muhammad Al Maliky.

Saya kira dalil keimanan sampai di sini, meskipun masih banyak dalil yang ingin saya sampaikan. Dan saya yakin orang pintar sudah faham dengan dalil yang sedikit ini.
Dalil Genetik:
Genetika manusia dibawa oleh Sel sperma pria dan Sel telur wanita, gen mengandung senyawa asam nukleat yaitu DNA (Deoxyribosanucleic Acid atau Asam Deooksiribonukleat) dan RNA (Ribonucleic Acid atau Asam Ribonukleat). Keturunan yang lahir adalah hasil campur dua gen karea jika tidak ada dua insan bagaimana mungkin akan lahir keturunan. Kromosom itu sama-sama dibawa kedua belah pihak, laki-laki  maupun perepuan. Semua Ilmuan Biology meyakini hal tersebut. Maka tranfer sifat pria ataupun wanita yang dibawa saat terkumpulnya dua sel itulah yang membentuk karakter anak turunnya, tidak terbatas dari laki-laki maupun perempuan.
Dalil sosial budaya:
Di Mesir, saya memilki banyak kawan asal padang. Mereka memiliki adat menjadikan ibu sebagai garis keturunan dalam keluarga, atau bisa disebut Matriarkat. Jadi jika menjadikan Sayyidah Fatimah sebagai pembawa keturunan Rasulullah, maka tidak ada salahnya.
Mengenai Budaya Arab Non Islam yang menjadikan ayah sebagai pembawa nasab, dan sebagai kebanggan bangasa Arab dulu, itu benar. Ingat, Non-Islam (demikian yang ditulis sang doktor). Maka Islam tidak bisa disamaratakan dengan adat Jahiliyah. Jika Jahiliyah menyembah berhala, maka Islam menyembah Allah. jika Jahiliyah memilki adat berhaji di Kakbah secara telanjang, maka Islam menghapuskannya.
Kemudian kita juga punya ushul fikih, dalam bab membahas Af’al Nabi (Perbuatan Nabi) di sana ada pembahasan yang dikenal dg Khususiyah untuk Rasulullah, seperti misalnya menikah lebih dari 4, berpuasa seharian penuh dan diwajibkannya sholat malam. Maka jika orang Arab diambil nasabnya dari Ayah sedangkan Nabi dari putrinya Sayyidah Fatimah tidak ada salahnya.

Semoga kepintaran pak Prof bisa mencerna tulisan sederhana nan singkat seorang anak berumur 19 tahun yang sedang berusaha membela Nabinya Muhammad SAW dan kerutunannya, karena dia yakin merekalah yang akan menjadi penyafaat kelak di hari akhir. Dari Abdullah bin Zubair, Nabi bersabda “Perumpamaan keluargaku dan keturunanku di antara kalian ibarat perahu Nabi Nuh. Barangsiapa yang menaikinya (Mengikuti dan mencintainya) maka dia selamat, dan barangsiapa yang enggan (membenci dan memusuhi) maka dia akan tenggelam.”(al Mu’jam al Kabir; Imam at Thabrani 12/34.  Wallahu ta’ala a’lam.
*Saya tulis jawaban ini di Samping cucu Rasulullah SAW; Sayyidina Husain, di sanping Masjid al Azhar Kairo. Semoga Allah memberi keikhlasan. 

Cairo, 19 Ramadhan 1438 H. 15 Juni, 2017




You Might Also Like

1 komentar

  1. Subhanallah Walhamdulillah wa Lailaha Ilallahu wallahu Akbar. ..sangat mencerahkan..

    BalasHapus

aLi_afifi_alazhari