Salahkah
Berlebihan dalam Mencintai
Rosulullah Saw?
Oleh: Ali Afifi Al- Azhari
Cinta, sebuah kata yang sangat
fenomenal tidak hanya dari segi rasa, bentuk maupun warna, tapi mencakup segala
aspek kehidupan. Cinta merupakan anugerah Allah Swt
yang tidak ternilai harganya. Cinta tidak dapat dibeli dengan jutaan rupiah,
dengan tahta, ataupun kekuatan, tetapi cinta akan timbul kepada siapa saja;
kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit, tua ataupun muda. Cinta adalah sumber
dari segala hal. Sebab cinta, manusia diciptakan, sebab cinta, manusia dapat
hidup, sebab cinta, manusia dapat merasakan manisnya iman, dan sebab cinta
juga, manusia kelak akan merasakan syurga.
\
Allah Swt menganugerahkan
cinta kepada semua makhluknya-utamanya manusia- tanpa harus meminta. Cinta
timbul secara tidak sengaja, energi kuat yang ditimbulkan oleh cinta tidak
dapat dijabarkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa
apapun. Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta. Cinta adalah perasaan di dalam
sanubari lubuk hati yang tedalam yang bisa membawa kita melayang ke dunia fana
yang penuh dengan mimpi indah.
Di
dalam tulisan ini, penulis tidak ingin mengangkat tema cinta antara lawan
jenis, tapi lebih dari itu. Cinta di sini adalah cinta yang paling agung, cinta
yang paling suci, dan cinta yang paling mesra. Cinta terhadap Kekasih Tuhan yang Maha Mesra. Dengan cintanya kita dapat merasakan manisnya
Iman dan Islam, dengan cintanya kita dapat memperoleh cinta Sang Ilahi kelak di
hari dikumpulkannya semua jenis kulit. Yaitu cinta kepada baginda Nabi Muhammad
Saw.
Sungguh sangat beruntug
seseorang yang memiliki cinta itu_cinta yang suci_. Tidak semua orang dapat
merasakannya, kecuali orang yang telah dipilih oleh Allah Swt, dan telah
ditanamkan di dalam hatinya rasa cinta itu. Maka selayaknya bagi orang-orang
pilihan tersebut untuk senantiasa mensyukurinya dengan memelihara cinta itu.
Cinta kepada Rosulullah
Saw merupakan tanda kecintaan kepada Allah Swt. Tidaklah akan mencintai Allah
Swt sebelum mencintai Rosulullah Saw, sebab beliau adalah kekasih Allah yang
wajib kita cintai. Impossible seseorang mengaku mencintai Allah Swt
sedangkan dalam hatinya sama sekali tidak ada rasa cinta terhadap kekasih Allah
Swt.
Tidaklah dikatakan
sempurna iman seseorang melainkan dia telah mencintai Rosulullah dengan
sebenar-benar cinta. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
عن أنس بن مالك (رضى الله عنه) قال : قال رسول الله (صلى الله عليه وسلم) : " لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من
ولده ووالده والناس أجمعين "
Dari Sahabat Anas bin
Malik Ra., beliau berkata: “Telah bersabda Rosulullah Saw: “ Tidaklah kalian
beriman hingga aku menjadi orang yang paling dicintai daripada anaknya,
ayahnya, dan semua manusia”.
Bukan hanya manusia, segala yang ada di alam semesta juga mencintai Rosulullah Saw. Allah Swt menganugerahkan
cinta kepada makhluknya yang hidup maupun mati, mereka juga bisa merasa cinta
dan rindu kepada
Rosulullah Saw. Dalam sebuah hadis , Sy
Ali bin Abi Tholib menceritakan:
كنا مع النبي - صلى الله
عليه وسلم - بمكة، فخرجنا معه في بعض نواحيها، فمررنا بين الجبال والشجر، فلم نمر
بشجرة ولا جبل، إلا قال: السلام عليك يا رسول الله. رواه الترمذي وحسنه، والحاكم
وصححه، وأقره الذهبي
“Kami bersama Nabi Saw di Makah,
dan kami keluar bersama beliau di sekitar Makah. Kami lewat di antara
gunung-gemunung dan pepohonan, tidaklah kami melewati gunun dan pohon kecuali
mengatakan : Keselamatan atasmu wahai Rosulallah.”
Lihatlah, pepohonan dan gunung-gunung juga bisa
jatuh cinta kepada Rosulullah Saw. Mereka mengucapkan salam kepada Rosulullah
Saw merupakan bukti cinta mereka. Mereka juga bisa merasa rindu, bahagia,
bahkan menangis jika berpisah dengan Rosulullah. Di dalam riwayat lain yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam sohihnya, juga diceritakan mengenai kecintaan sebuah kayu yang dijadikan
sandaran Nabi saat berkhutbah. suatu hari, kayu itu sudah lapuk dan ingin
diganti dengan kayu yang baru. Sebab dia tidak ingin dipisahkan dengan kekasihnya
Rosulullah Saw. Dia menangis tersedu-sedu hingga terdengar oleh Rosulullah Saw
dan para sahabatnya. Untuk menghibur kayu itu, Rosulullah Saw mengatakan
kepadanya: “ Tidakkah kau senang jika
kujadikan engkau sebagai sandaranku kelak di Syurga?”. Seketika, kayu itu
berhenti menangis dan suara rintihan itupun hilang.
Cinta
kepada Rosulullah Saw adalah martabat cinta yang paling tinggi_tentunya setelah
kecintaan kepada Allah Swt_yang harus disyukuri. Sebab dengan cinta itulah akan
timbul cinta kepada Allah Swt. Jarak atau pemisah antara mencintai Allah Swt
dengan Rosulullah Saw tidaklah jauh, barang siapa yang mencintai Rosulullah
Saw, maka dia telah mencintai Allah Swt.
Setiap pencinta akan
dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.
Jika ia mencintai orang yang ahli maksiat, maka kelak dia akan
dikumpulkan bersamanya. Jika ia cinta kepada orang soleh, maka diapun akan
dikumpulkan bersamanya. Dan cinta kepada Rosulullah, kelak akan dukumpulkan
dengan Rosulullah Saw. Di dalam sebuah riwayat diceritakan:
جاء رجلٌ
إلى النبي - صلى الله عليه وسلم - يسأله عن الساعة، فقال :"وماذا أعددت لها ؟". قال: "
لا شيء، إلا أني أحبُّ الله ورسوله "- صلى الله عليه وسلم – فقال: " أنت
مع مَنْ أحببت".
Datang kepada Nabi Saw seorang
lelaki dan bertanya mengenai Hari Kiamat. Kemudian Nabi saw bertanya : “Apakah
yang kau persiapakan untuknya?”. Lelaki itu menjawab :”Aku tidak
memiliki persiapan apapun, kecuali hanyalah kecintaanku kepada Allah Swt dan Rasulnya
Saw ”. kemudian Nabi Saw berkata kepadanya: “Engkau akan bersama orang
yang engkau cintai”.
Dari
rasa cinta pastilah akan timbul beberapa perasaan yang termasuk akibat dari
cinta itu. Bahkan tidak jarang rasa cinta itu diaplikasikan dengan perbuatan
atau tingkah laku. Maka bukanlah hal aneh jika seseorang memuji Rosulullah Saw
dengan pujian-pujian berupa sholawat dan Syi’ir (puis), ataupun bergembira
dengan hari kelahirannya. Sebab itu adalah implikasi kecintaan mereka kepada
Rosulullah Saw.
Merupakan
suatu yang wajar jika ada seseorang yang menangis tatkala berzirah ke makam
Rosulullah Saw di Rudhloh, ataupun secara tidak tidak disadari dia megalirkan
air mata tatkala nama Rosulullah Saw disebut. Ada juga yang mencium tembok dan
pagar makam Rosulullah Saw sambil
melafalkan pujian terhadap Nabi Saw. Tidaklah lain, hanyalah sebab mereka mencintai Rosulullah
Saw, dan hal demikian tidak dilarang di dalam agama Islam.
Kemudian
akhir-akhir ini, kita dihadapkan dengan makhluk baru yang mempropagandakan
tauhid atau pemurnian agama. Mereka mengatakan bahwa mencintai Rosulullah
seperti yang dilakukan oleh banyak orang adalah perkara syirik, merayakan dan
bergembira dengan hari kelahiran Nabi adalah perkara haram, bid’ah dan sesat. Mencium tanah, tebok, atau apa saja adalah
syirik. Serta memuji Rosulullah Saw dengan Syi’ir atau lantunan Qosidah juga
perkara yang tercela. Mereka juga
melarang memanggil nama Rosulullah dengan “Sayyidina”(junjungan kami), mereka
juga melarang bertabrruk dengan Rosulullah Saw. Sungguh hal ini sangatlah
meresahkan umat, utamanya para ulama dan salafunassoleh. Sikap mereka sungguh aka meruntuhkan asas
agama Islam. Umat muslim dilarang
mencitai Nabinya,dan dilarang bergembira serta memuji Nabinya. Mereka menyuruh
untuk menganggap Roslulullah seperti orang biasa. Bukankah justru apa yang mereka lakukan
adalah perkara mungkar? .
Sungguh apa yang mereka lakukan; melarang
kita mencintai Nabi adalah salah satu tanda bahwa mereka tidak faham agama
Islam, tetapi merasa sudah faham dengan agama islam, bahkan sampai merasa
paling faham tauhid. Mereka memang
berdalil hadis Nabi Saw, tetapi penepatan dalilnya adalah salah sebab mereka
memang tidak faham agama Islam secara utuh. Okelah mereka menggunakan hadis,
tetapi dalil mereka hanya satu hadis saja dan akan kita bahas setelah ini,
tetapi kita memilki beratus hadis yang kita amalkan, dan tidak hanya perpegang
kepada satu hadis saja. Salah satu hadis yang mereka jadikan sandaran melarang
semua itu adalah:
قال رسول الله_صلى الله عليه و سلم_: لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم،
إنما أنا عبد فقولوا عبد الله ورسوله.
أخرجه
البخارى
Bersabda Rosulullah Saw: “ Janganlah
kalian memujiku seperti pujian kaum Nasrani terhadap Nabi Isa As. Seungguhnya
aku hanyalah seorang hamba, maka sebutlah aku Hamba Allah serta Rosulnya.”
Dari cara pendalilannya saja mereka
sudah salah, coba kita perhatikan kata كما أطرت النصارى ابن مريم. Di sini, Nabi
Saw melarang memuji seperti yang dilakukan oleh Nasrani terhadap Nabi Isa. Apakah
yang dilakukan Nasrani terhadap Nabi Isa? Bisa kita perhatikan saat ini, Umat
Nasrani menganggap Nabi Isa sebagai anak Tuhan (Allah) bahkan menganggapnya
sebagai tuhan, mereka tidak lagi menyembah Allah Swt, tatapi patung salib Nabi
Isalah yang mereka sembah. Apakah akan disamakan dengan kita yang sholat 5
waktu dan menyembah Allah serta meminta kepada Allah Saw dalam doa-doa
kita?....Tentulah tidak, sangat berbeda jauh antara kita memuji Rosulullah
dengan cara memujinya Nasrani terhadap Nabi Isa As. Pendalilah mereka menggunakan hadis itu salah
sasaran. Jika mereka mau mensurvei semua umat muslim yang mencintai Nabi
Muhammad Saw, tidak akan ada seorangpun yang mengatakan Rosulullah Saw adalah
Tuhan, tidak akan ada yang mengatakan bahwa Rosulullah adalah anak Allah.
Justru semua umat Muslim akan mengatakan dengan serempak bahwa Rosulullah
adalah kekasih Allah, bukan tuhan atau
anak tuhan. Mereka mencintai Rosulullah
sebab mereka mencintai Allah Swt. Di dalam banyak Di dalam firmannya Allah
menyatakan :
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا
يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
Artinya:
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu (Muhammad) Sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka.
Di dalam
ayat tersebut, Allah Swt menggunakan sighat Mubalaghah artinya secara
langsung menyatakan bahwa orang yang membaiat Rosulullah Saw berarti orang
tersebut telah membaiat Allah Swt.
Maka
berhati-hatilah dari melarang muslimin mencintai Alla Swt dan Rosulullah Saw meski berlebihan,
sebab dikahwatirkan bukannya malah memurnikan tauhid, justru akan mendapat
ancama dari Allah dalam firmannya:
قُلْ إِنْ كَانَ
آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapa-bapa ,
anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan
dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (at Taubah: 24)