Al-Azhar dari Zaman ke Zaman
Maret 14, 2019
Sejarah Singkat Al-Azhar
Oleh: Ali Afifi
(Mahasiswa Al-Azhar)
Para pembaca pasti tidak akan asing lagi mendengar nama Universitas
Al-Azhar al-Syarif, sebuah universitas Islam tertua di Timur Tengah, yang telah
banyak menuangkan tinta emas dalam kanfas histori Islam.
Sejarahnya dimulai sejak tentara Dinasti Fatimiyah, yang dipimpin
Jauhar al-Siqilli menaklukkan Mesir pada tahun 969 M atau (358 H. )
Setelah berhasil menaklukkannya, mereka
membangun kota al-Qahirah (Sang Penakluk), dan membangun Masjid al-Qahirah,
yang kemudian diubah namanya dan kita kenal saat ini dengan nama masjid
Al-Azhar.
Sebagian sejarawan bependapat, Dinasti Fatimyah ingin
menandingi Dinasti Abbasiah yang ada di Baghdad pada saat itu. Tujuannya membangun
sebuah formasi kekuatan militer dan ideologi, bermuara di kota yang mereka
bangun yaitu Kairo.
Singkat cerita, Al-Azhar
yang tujuan didirikannya sebagai pusat penyebaran akidah Syiah, kemudian diubah haluannya oleh Salahuddin al-Ayyubi,
menjadi pusat penyebaran Ahlussunnah hingga detik ini.
Sebelum kemudian menerapkan sistem pendidikan modern ala
universitas, ia dulunya menggunakan sistem klasik (talaqqi) di dalam masjid, yaitu seorang syaikh mengajarkan kitab kepada
murid dengan bertatapan muka, duduk di satu majlis, seperti yang kita kenal di
pesantren-pesantren kuno di Indonesia. Diceritakan bahwa setiap tiang dari
tiang-tiang Al-Azhar diduduki oleh satu syekh, dengan disiplin ilmu yang
diampunya, dan konon mereka di sebut “masyayikh a’midah”, (para Syekh tiang).
Moderasi di Al-Azhar juga turut memperluas pengaruhnya
terhadap dunia Islam, banyak tokoh-tokoh reformis dilahirkan dari rahim
Al-Azhar. Sudah banyak Ulama rabbani klasik lahir dari rahim Al-Azhar, semisal
Imam Ibn Hajar al-Asqalani, Imam Ramli, Imam Jalaluddin as-Syuti, Imam Zakariya
al-Anshari, Imam ad-Dardiri, Imam Abdul Wahan as-Sya’rani, Imam Ibrahim
al-Bajuri. Selain beliau-beliau mencetak murid sebagai penerus keilmuannya,
mereka juga getol menelurkan karya-karya fenomenal dan salalu menjadi rujukan
cendikiawan Muslim di era mendatang.
Memasuki tahun 1930-an, Al-Azhar mendapat status sebagai
universitas, dan direorganisai menjadi unit akademik modern. Unversitas mulai
menerbitkan jurnal-jurnal ilmiah, memperkuat disiplin kelimuan modern, dan
mendirikan perguruan tinggi khusus wanita.
Pada tahun 1950, sisitem pendidikan Al-Azhar dibagi menjadi
tiga fakutas; Hukum Islam (Syariah Islamiyah), Ushuluddin, dan Bahasa Arab. Kemudian
pada tahun 1961, di samping studi Islam, Al-Azhar memperluas sayapnya, dengan
membuka fakultas umum seperti kedokteran (kullitu al-tib), teknik mesin,
pertanian, pendidikan, arsitek dan bisnis.
Grand Syaikh Azhar, Syekh Abdul Halim Mahmud pernah berkata:
“Jika Kakbah adalah kiblat ibadah, maka Al-Azhar adalah kibat ilmu”.
Perkataan demikian tidak dirasa berlebihan karena hal bukan
sekedar kalim belaka, tapi benar-benar real dengan fakta dan relaita. Lihat saja,
dari melahirkan ulama klasik yang sudah kita sebutkan tadi, hingga detik ini
Azhar masih mencetak genarasi-genarasi ulama terkemuka di dunia. Seperti Syekh
Hasanain Makhluf, Syekh Bukhait Muthi’i, Syekh Ramadhan al-Buty, Syekh Wahbah Zuhaili,
Syekh Abu Zahrah, Syekh Solih al-Ja’fari, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki,
Sykeh yusuf Qardhawi, Syekh Ali Jum’ah dll. benar-benar terbutki.
Tak ayak jika kiblat ilmu ini banyak diminati para pelajar
dari seluruh antero dunia, selama tahun 1990-an setidaknya ada terdapat enam
ribu siswa internasional yang terdaftar di al-Azhar dan mereka mewakili 74
negara.
Cairo, 15 Maret 2019
1 komentar
نفتخر
BalasHapus