Kemesraan Abuya Al-Maliki dan Al-Azhar (Bag 4)

Mei 21, 2019

Oleh: Ali Afifi Al-Azhari 

Dilahirkan dari lingkungan ahli hadis, mendapat gelar doktor dari Universitas al Azhar Fakultas Hadis, kemudian banyak mengumpulkan sanad hadis dari seluruh ulama dunia termasuk di Al Azhar, pantas saja jika Majlis Ulama Qism al Hadis di Al Azhar, memberi Abuya apresiasi yang sangat tinggi dalam bidang hadis, “Seorang Alim seperti Sayyid Muhammad al Maliki dan yang semisalnya adalah sosok hebat dalam ranah ilmiah dan ruhiah, pemuka para pembawa kebangkitan kultur keislaman, beliau juga salah seorang Imam Ahli Hadis, yang mampu menghimpun dalam dirinya identitas seorang Muhaddis dari segi keilmuan, pengamalan dan keikhlasan....”. “Sayyid Muhammad termasuk Ulama emas kebanggaan Kerajaan Arab Saudi, bahkan kebanggaan seluruh umat manusia dari seluruh antero dunia”.  Pernyataan resmi dari Ulama Hadis itu diketuai oleh Syekh Ahmad Umar Hasyim; Ulama hadis Al Azhar yang menelurkan banyak karya dalam bidang hadis, salahsatu karya beliau “Faidul Bari” syarah Sohih Bukhari yang terhimpun dalam 16 jilid. Abuya Ahmad mengatakan—saat sidang doktoral beliau berlangsung—bahwa Syekh Ahmad Umar Hasyim adalah sahabat dekat dan akrab Abuya Muhammad Maliki semasa di Mesir. Ikut mendatangani apresiasi khusus tersbut Syekh Muhammad as Sanrawi, Dr. Abdul Ghani al Rajahi. 
Wal hasil, hubungan erat antara Abuya dan Al Azhar tidak lagi diragukan, sebagaimana Al Azhar dikenal sebagai mercusar Ahlussunnah Wal Jamaah, Abuya Maliki juga dijuluki Imam Ahlussunnah wal Jamaah abad 21. Hubungan erat ini tidak terhenti pada Abuya Muhammad, Abuya Ahmad Sang Khalifah juga melakukan hal yang sama. Tingginya derajat Al Azhar di mata Abuya Ahmad—tanpa mengurangi penghormatan kepada instansi Islam lainnya— sangat terlihat jelas saat penulis mengunjungi Rushafah di Makkah. Dalam sebuah majlis sirah Ibn Hisyam, di sela-sela penjelasan, Abuya Ahmad memberi wasiat kepada para pelajar: 
“Aku berwasiat kepada kalian semua untuk mempelajari sejarah Rasululah SAW, karena di dalamnya banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik. Lihatlah Al Azhar yang ada di Mesir, hingga saat ini tetap menjaga khazanah Ahlussunnah wal Jamaah yang otientik,  karena Al Azhar tetap menjaga dan mempelajari Sirah”. 
Seusai majlis, penulis bermaksud untuk bersalaman dengan Abuya dan mendengar wejangan darinya. Namun sayang sekali Abuya Ahmad hari itu harus keluar untuk memenuhi undangan. Sebelum keluar dari majlis, Abuya sempat mengangkat suara “Fien Azhari” (dimana si pelajar Al Azhar), yang saat itu penulis hanya sendiri sebagai santri Al Azhar. “hadzal Faqir, Abuya..”. sahut penulis. “Maafkan aku ya, Nak. (kata Abuya sambil memandang saya), Hari ini aku harus mengahadiri undangan, aku berharap kau datang ke sini lagi besok”. kemudian Abuya meninggalkan majlis dan langsung menaiki mobil pribadinya bersama beberapa masyayikh. Dalam hati kecil ini, penulis sempat berfikir, “siapakah diri ini hingga Abuya mengatakan demikian ?”. Dan tenyata semua terungkap setelah keesokan harinya, kami dan beberapa kawan kembali menghadiri majlis maghrib Abuya. Pada sore itu tamu banyak sekali, mulai dari beberapa orang besar dari Indonesia, kalangan Habaib dan kiyai dari Indonesia. Seusai majlis, Abuya berdiri kemudian melihat kepada hadirin, “Ahlul Azhar ta’aal awwal..” (Anak-anak Azhar, kesini dulu). Sambil kami masuk ke ruangan beliau, di kursi hijau yang keramat itu, dengan tawadu’nya Abuya berkata kepada 7 atau 8 santri Azhar “Aku masih kawan kalian, saya juga seorang santri di Al Azhar”. Abuya menasihati kami untuk bersungguh-sungguh belajar di Al Azhar, kemudian Abuya memberi kami  ijazah sanad beliau dari Abuya Muhammad al Maliki, kemudian sanad hadis aswadain, musalsal,  wirid-wirid. Abuya berpesan bahwa sidang doktoralnya akan dilaksanakan beberapa bulan kedepan, dengan ketawaduannya—sekali lagi— Abuya meminta doa kepada kami,  dan majlis pun diakhiri  dengan mengahadiahkan kepada kami cindera mata berupa sorban dan kitab. Alhamdlillah..
Terakhir, untuk menyingkap kemesraan antara Abuya dan Al Azhar kiranya tidak cukup hanya dalam bebrapa lembar saja,  tapi butuh ditulis menjadi sebuah buku yang komplit. Semoga kita semua diberikan barokah ilmu dari Abuya dan dari para ulama Al Azhar khusunya dan dari Ulama seluruh dunia secara umum. Amin...
Kairo, 28 Juli 2018 


You Might Also Like

2 komentar

  1. Semoga kami termasuk dr org yg mendpat percikan barokah beliau Abuya Sayyid Muhammad wa alihi. Dan semoga penulis bisa berbagi ilmu & pengalaman yg lbh bnyak lagi pd kami

    BalasHapus

aLi_afifi_alazhari