Kemesraan Abuya Al-Maliki dan Al-Azhar (Bag 3)

Mei 21, 2019

Oleh: Ali Afifi Al-Azhari 


Al Azhar pernah mengalami masa-masa di mana majlis ilmu ala klasik alias “sorogan” hampir punah, akibatnya para ‘Alim Ulama hanya mengadakan majlis non-formal di rumah masing-masing dengan santri yang terbatas, hingga pada akhirnya majlis ala klasik itu dihidupkan kembali oleh seorang Ulama tesohor, pernah menjabat Mufti Agung Mesir selama bertahun-tahun, bahkan sekarang beliau membuat tariqah Sufiah cabang Imam as-Syadzuli sekaligus menjadi Mursyid di tariqah tersebut, yaitu al-Allamah Sykeh Ali Jum’ah. Semasa menempuh jenjang s3 nya, Abuya Ahmad bin Muhammad Al Maliki tidak pernah absen untuk mengunjungi Sykeh Ali Jum’ah, penulis menyaksikan itu sendiri. Bahkan Abuya Ahmad pernah berkata, “Jika di Negeri Hijaz Abuya Muhammad al Maliki, maka di Mesir adalah Sykeh Ali Jum’ah”. Syekh Ali Jum’ah adalah guru dari para Azhari, dari beliau banyak dilahirkan ulama muda yang berkompeten. Walau demikian, Sykeh Ali Jum’ah masih menimba ilmu dari Abuya Muhammad Al Maliki, hal ini dijelaskan oleh Syekh Usamah Sayyid Al Azhari; murid Sykeh Ali Juma’ah, dalam bukunya yang berjudul “Fathul Malik al-‘Ali fi Asanidi as Syaikh Ali”. Buku yang menghimpun sanad keilmuan Sykeh Ali Jum’ah dan beberapa guru beliu dari seluruh dunia. Salah satu dari guru dan musnid Sykeh Ali Jum’ah adalah Gurunda Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Hal yang sama juga disebutkan oleh Syaikh Ibrahim Sya’ban al Mursyidi dalam bukunya, “Al-Muhadditsun fi Rihab al Azhar as Syarif”.  Syaikh Ali Jum’ah pun memuji Abuya Muhammad Al Maliki dalam sambutannya terhadap buku Abuya yang berjudul “At-Tahdzir min al-Mujazafati bi at-Takfir”: 
فالحمد لله حيث أقام مؤلفه الشريف هذا التحذير في أوانه, ولا غرو فهو علامة عصره وزمانه, و ممن أقامهم الله لإرشاد العباد, وإصلاح الخلل و الفساد.  
“Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan sang pengarang menuliskan (Buku at-Tahdzir) tepat pada waktunya. Dan tidak diherankan lagi bahwa penulis adalah Ulama yang sangat alim pada masanya, dan termasuk salahsatu orang yang Allah jadikan sebagai pembimbing Umat, juga sebagai pembenah dari kerusakan.” 
Kegigihan Abuya dalam menjaga ketersambungan sanad keilmuan dari ulama seluruh dunia, yang dalam hal ini di Mesir dan Al Azhar, membuat Abuya Maliki menjadi musnid dari para guru-guru Al Azhar. Temasuk guru Abuya adalah Imam masjid dan kahtib Masjid  Al Azhar; Syekh Solih al-Ja’fari. Beliau banyak meriwayatkan hadis kepada Abuya Maliki, sehingga tak jarang generasi setelah Abuya yang ingin mengambil sanad dari Syekh Solih salahsatunya adalah melalui Abuya. Dan keakraban itu terasa hingga saat ini, buku-buku Abuya Maliki bisa ditemukan di Mesir melalui percetakan milik Syekh Solih, maktabah itu bernama “Maktabah Jawami’ul Kalim”, yang letaknya sekitar 20 meter  dari makam Syekh Solih al a’fari. Abuya juga berguru kepada Grand Mufti Mesir pada saat itu, Syekh Hasananin bin Muhammad Makhluf, Kemudian kepada seornag ‘Alim Azhari yang dikenal memiliki banyak karya, Sykeh Muhammad Abu Zahrah dan Sykeh Muhammad Ibrahim Abul ‘Uyun. Dan beliau-beliau semua adalah ulama kibar Al Azhar. 
Dalam beberapa peringatan hari-hari besar, semisal Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Lailatul Qadar, Asyura’, Ulama Al Azhar biasanya mengadakan Ijazahan hadis atau kitab dengan dihadiri ribuan masyarakat dan pelajar dari seluruh dunia, melelaui Musnid Al Azhar, Syekh Ahmad Ma’bad Abdul karim, Syekh Sa’ad Jawish dll, yang sering kali juga mengambil jalur dari Abuya Maliki. Penulis sendiri megambil sanad Burdah, dari gurunda Syekh Hisyam Kamil; dosen mazhab Syafi’i di Al Azhar, beliau sendiri mengambil sanad dari Abuya Maliki, padahal Imam Albusyiri, pengarang  burdah adalah orang Mesir, tepatnya di kota Alexanderia.

You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari