"Afattanun Anta Ya Muadz?!"

Desember 16, 2021

 

Terkadang, tidak semua kesolehan dalam agama dapat diterapkan kepada semua Muslim. Ada kalanya Allah memberi taufiq dalam sebuah ketaatan, namun dalam ketaatan lain ia tidak diberi taufiq.
Jika Nabi Muhammad saw adalah Rahmat, maka Syariat yang dibawanya adalah rahmat. Syariat di sini mencakup Akidah juga Ibadah. Maka sebagai Muslim, kita harus bisa mengaplikasikan rahmat itu, dan membuat orang lain mencintai Islam dan ajarannya.
Seorang Kyai, atau tokoh masyarakat yang memiliki masjid, atau surau, dengan pengeras suara, membaca wirid dan zikir setiap waktu. Kemudian ada tetangga sekitarnya yang merasa terganggu karena mungkin terlalu keras, atau terlalu lama, atau mengganggu waktu istirahat; jangan kemudian berkata kasar kepada warga tersebut dengan kalimat merendahkan karena terganggu dengan ibadah zikir dan wirid tadi. Semisal mengatakan "yang merasa kepanasan dan terganggu dengan doa, wirid, zikir hanyalah Syaitan/Munafik", atau kalimat semisalnya. Sebab kita tidak tahu apa dibalik hati seorang Muslim, tidak tahu apa dibalik penampilannya yang biasa, tentang hubungannya dengan Allah swt.
Hal semacam ini juga pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad saw. Suatu ketika Sahabat Muadz ra. menjadi Imam solat isya untuk masyarakat. Dalam solatnya, Sahabat Muadz membaca surat al-Baqaroh, yang merupakan surat terpanjang di al-Quran. Karena terlalu panjang itulah, ada seorang dari sahabat nabi bernama Hazm bin Ubai bin Ka'ab ber-'mufaroqoh' (berpisah) dari jamaah solat, dan melanjutkan solatnya sendiri. Karena ia memisahkan diri, kemudian orang tersebut menjadi buah bibir jamaah, bahkan ada yang menuduhnya sebagai orang munafik.
Mendengar dirinya dituduh munafik, orang tersebut datang dan menceritakan apa yang terjadi kepada Baginda Nabi. Iapun menjelaskan alasan mengapa ia mufaroqoh dari jamaah. Coba kita simak, apa kira-kira alasan lelaki itu, apakah karena ia sakit, atau memiliki kewajiban darurat, atau ada alasan syar'i?.
Ketika menjelaskan alasannya, ia menjawab: "Inna nahnu ashabu nawadih wa na'mal biaidina".
(Kita ini orang-orang yang pekerjaanya berat di siang hari)
Jadi alasannya karena ia lelah, dan pekerjaannya berat. Maka Nabi pun bersabda kepada Muadz ra:
Afattanun Anta Ya Muadz!?" sebanyak tiga kali. "Fattan" artinya seseorang yang membuat orang lain berpisah dari jemaah. Atau membuat citra Islam menjadi buruk, atau membuat orang tidak nyaman karena sebuah ibadah tertentu.
Nabi Saw ingin mengajarkan, bahwa seorang pemimpin atau tokoh masyarakat, harus bisa memahami keadaan muslim lain, bahkan penganut agama lain. Jangan sampai ketaatan yang kita lakukan, justru membuat fitnah yang tidak seharusnya terjadi.
Sehingga terjadi perpecahan, permusuhan dan buruknya citra Islam. Terlebih menuduh seorang muslim dengan tuduhan yang hanya diketahui Allah dan Rasulullah.
Wirid dan zikir adalah syiar Islam, mengeraskan suara dan membacanya bersama sebelum dan sesudah solat adalah ajaran yang baik dan perlu dilestarikan. Namun tentu itu semua dengan takaran yang tidak menyebabkan dosa lain. Percuma banyak berzikir, namun sering melukai tetangga, percuma mengeraskan suara wirid namun kata-kata kasarnya kepada Muslim lebih keras. Wallahua'lam..


Ali Afifi
Bondowoso, Jatim. 14 Des. 2021




You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari