Isyarat Mimpi Bagi Kaum Sufi

Desember 16, 2021

 


Mungkin ketika membaca / mendengar  kisah tentang mimpi yang dialami seseorang, beberapa orang menganggapnya sebagai hal yang biasa saja. Sebab baginya, apa yang terjadi di dalam mimpi tidak memiliki nilai ilmiah, dan kejadiannya sebatas khalal. Padahal, bagi kalangan sufi, katakana saja Imam Muhyiddin Ibn Arabi, mimpi adalah salahsatu wasilah interaksi yang lebih spesial bagi seorang hamba. Beliau menulis sebuah buku yang berjudul “Risalah al-Mubasyyirat al-manamiyah”.  (Sebuah Risalah Tentang Kabar Gembira dalam Bentuk Mimpi). Sebuah buku yang berisi tentang kumpulan mimpi yang dialami sang Imam, dan menakwilkannya dengan kacamata agama, dalam hal ini menggunakan al-Quran dan as-Sunnah. Bagi para wali Allah, mimpi yang baik memiliki makna tersendiri, yang berkaitan dengan waridat.  Dalam Muqaddimahnya, Imam Ibn Arabi menulis: “Sesungguhnya Allah swt telah menjadikan mimpi sebagai wahyu (ilham) untuk para wali-Nya dan para hamba dari kalangan umat Islam. Dan Allah telah menjadikan mimpi sebagai salahsatu tanda daripada kenabian.” 

Islam memandang, mimpi baik yang datangnya dari Allah memilki makna baik, jika dipahami oleh ahlinya. Dalam Turats kita, salah seorang yang paling terkenal akan hal takwil mimpi adalah Imam Ibn Sirin. Beliau menulis sebuah buku khusus yang berkaitan dengan takwil mimpi, berdasarkan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah. Bahkan mimpi adalah salahsatu cara Allah swt “berinteraksi” dengan para nabi dan Wali-Nya. Sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Ibrahim yang diperlihatkan menyembelih anaknya Ismail, sebagaimana mimpi yang diperlihatkan kepada Nabi Yusuf tentang tujuh planet yang sujud kepadanya, tentang mimpi yang Nabi Muhammad lihat sebelum diutusnya. Demikin pula untuk para kekasih Allah selain para nabi, yaitu para auliya dan solihin, mimpi yang baik adalah kabar gembira dari langit. Dalam sebuah hadis disebutkan:

عن أبي هريرة قال سمعتُ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: لَمْ يَبْقَى مِنَ النُّبَوَّةِ إلاّّ المُبَشِّرَات، قَالوا: وَمَا المبَشِّرَات يا رسولَ اللهِ؟ قَالَ: الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ   

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar baginda Rasulullah saw besabda: “Tidak ada dari tanda kenambian yang tersisa (setelah terputusnya wahyu) kecuali kabar gembira”. Lalu para sahabatnya bertanya; “Apa itu kabar gembira, Wahai Rasulullah?” . Nabi menjawab: “Mimpi yang baik”.

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita untuk menceritakan mimpi-mimpi indah, jika itu dirasa akan menciptakan nilai positif dalam diri kita atau orang yang mendengarknya. Dalam sabadanya:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللهِ تَعَالى فَلْيَحْمَدِ اللهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا

“Jika kalian bermimpi sesuatu yang kalian senangi, maka berarti itu dari Allah swt. jadi Hendaklah ia bertahmid kepada Allah swt dan menceritakan mimpinya” 

Nabi selalu mengajarkan untuk menakwilkan semua mimpi yang kita alami dengan baik. Kalaupun dirasa bermimpi buruk, maka mintalah perlindungan kepada Allah dan melupakan apa yang ia lihat. Karena minpi yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari setan. 


Ali Afifi

Bondowoso, 16 Desember 2021


You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari