Mengenal Islam Melalui Tasawwuf

Desember 18, 2021


Namanya Syekh René Guénon as-Syadzili, beranjak dari keluarga Prancis beragama Katolik yang taat, kemudian memilih Islam sebagai agama terakhirnya, beliau terpukau dengan Islam melalui pintu Tasawwuf. 

Kalangan pengkaji Filsafat Islam dan Tasawwuf Falsafi, pasti akan mengenal sosok Filsuf-Sufi asal Prancis ini. Sebelum kemudian memilih Tasawwuf, beliau adalah seorang sarjana jenius dalam bidang Matematika, dan mendapat banyak penghargaan dari Universitas Sorbone atas keahliannya dalam bidangnya. Setelah itu, beliau tertarik untuk mempelajari  filsafat. Dengan tekat dan keseriusan, beliau menekuninya hingga mempelajari segala aliran filsafat Barat, filsafat Timur, fremason dan perbandingan agama.

Di tegah mempelajari aliran filsafat Islam, khususnya saat meneliti pemikiran Imam Muhyiddin Ibn Arabi, beliau memilki teman diskusi yang ahli dalam bidang ini. Seorang teman bernama " Léon Champrenaud" yang telah masuk Islam dan merubah namanya menjadi Abdul Haq. Dengan temannya tersebut, beliau merasa terpukau dengan Tasawwuf, khusunya pemikiran Imam al-Akbar. Selain itu juga,  Syekh René berteman dengan seorang pemikir Sufi asal Swedia bernama "John Gustav Ageli" , yang juga telah masuk Islam dan mengganti namanya dengan Abdul Hadi. 

Syekh Abdul Hadi ini, masuk Islam atas perantara seorang ulama Al-Azhar Mesir, bernama Syekh Abdurrahman Ulaisy; putra dari Syekh Muhammad Ulaisy al-Kabir yang  menjadi pemimpin Mazhab Maliki di zamannya. Keluarga Ulaisy dikenal sebagai keluarga pemimpin ulama  Al-Azhar yang bermazhab Maliki, juga pemimpin Tasawwuf di sana.

Karena tertarik untuk bertemu dengan guru temannya tersebut, dan mendalami Islam serta Tasawwuf, Syekh  René memutuskan untuk hijrah ke Kairo Mesir untuk menemui Syekh Abdurrahman Ulaisy. Karena background René yang pemikir dan filosof, beliau menemukan kenyamanan dalam Tasawwuf Islam, secara logika maupun rohani. Sebelumnya, dalam hal logika beliau sudah merasakan adanya kebenaran dalam al-Quran ketika membandingkannya dengan al-Kitab (Injil), terutama dengan kacamata Sains. Sehingga bertambah mantap ketika mengenal Tasawwuf  terlebih setelah bertemu Syekh Ulaisy. Pada akhirnya, di tahun 1922 M., René memutuskan untuk memeluk Islam dan lebih menekuni lagi dunia Tasawwuf, serta berbai'at Tarekat Syadziliah. Beliaupun merubah namanya menjadi Abdul Wahid Yahya as-Syadzili. Kesimpulan Syekh Abdul Wahid Yahya tentang Tasawwuf, bahwa Tasawwuf adalah inti dari ajaran Islam. Bukan ajaran yang dipengaruhi oleh ajaran lain sebagaimana dikatakan para orientalis.

Syekh Abdul Wahid Yahya kembali ke Prancis untuk beberapa saat, tak lama dari itu, istri Prancis nya meninggal dunia.  Ketika itu, beliau berkeinginan untuk dekat dengan gurunya di Kairo. Untuk lebih mendalami ilmu Tasawwuf dan menjadi seorang Salik. 

Syekh Abdurrahman Ulaisy memilki seorang kawan, bernama Syekh Muhammad Ibrahim. Karena terkesema dengan sosok Syekh Abdul Wahid, Syekh Muhammad Ibrahim menikahkan putrinya yang bernama Fatimah dengan pria Prancis itu. 

Selama di Kairo, Syekh Abdul Wahid dan Istrinya Fatimah tinggal di distrik dekat Masjid Imam Husain dan Masjid Al Azhar. Di sana beliau beruzlah untuk memperbanyak ibadah, berzikir dan mengarang buku dengan bahasa Prancis dan Arab. Kain hari beliau kian menikmati Tasawwuf, bahkan bukan hanya dalam hal kajian, secara praktik beliau benar-benar mengamalkan tugas sebagai Salik atau Murid. Para ulama mengenalnya sebagai Filsof yang Sufi, pria Eropa yang Zuhud. Syekhul Azhar, Imam Abdul Halim Mahmud menjuluki Syekh Abdul Wahid Yahya ini dengan "al-'Arif Billah..". 

Setelah lama meniti jalan sebagai sufi, dan menulis berbagai buku pemikiran untuk menjembatani antara Timur dan Barat. Allah memanggil sang Filsof ke sisi-Nya. Dan beliau dikebumikan di Kairo. Rahimallah Syekh Abdul Wahid Yahya as-Syadzili. 


Ali Afifi

Pakisaji, Malang Jawa Timur. 19 Des. 2021




You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari