Mendidik Anak Menjadi Muslim, Apakah Paksaan dalam Beragama?

Desember 25, 2021

 



Saya memiliki adik,  sejak kecil dia dibiasakan bangun pagi untuk bersekolah, merapikan kamarnya, mandi, menyikat gigi secara teratur, memakai baju dengan rapi, meletakkan sepatu, tas, dan baju kotor di tempatnya masing-masing. Sehingga ketika ia tumbuh dewasa, ia baru paham bahwa kebiasaan di atas adalah kebiasaan yang baik, ia pun melakukan itu semua sebagai rutinitas. 

Bukan hanya dalam perihal kerapian, dia juga diajarkan membaca,  berwudlu, solat, menutup aurat dengan jilbab, bersedekah, menghormati yang lebih tua, dan berbakti kepada orang tua. Sehingga ketika ia sudah dewasa, ia paham bahwa semua itu adalah perbuatan terpuji, ia paham bahwa keluarganya adalah keluarga Muslim.

Beginilah tugas kedua orang tua, atau kakak, atau senior, kepada para generasinya. Yaitu mendidik dan mengayomi. Karena seorang anak, dengan naluri kekanakannya  tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalaupun mereka diberi pilihan sendiri sejak kecil, tanpa diberikan arahan oleh yang lebih tua, sudah banyak contoh orang-orang yang masa kecilnya tidak mendapat perhatian pendidikan yang layak. Bisa dilihat sendiri bagaimana jadinya ketika dewasa. 

Jika dalam hal mendidik saja perlu ada arahan, bimbingan dan ajakan dari yang lebih tua. Maka demikian pula dalam hal beragama. Seorang anak tidak mungkin dibiarkan memilih agamanya sejak kecil, dengan membiarkannya mencari dan mengenal Tuhannya sendiri. Karena manusia tidak mungkin mengenal Allah SWT tanpa diutusnya seorang rasul, kecuali dia sendirilah rasul itu. seorang anak tidak akan beragama dengan agama tertentu tanpa arahan kedua orangtuanya. Oleh sebabnya Nabi Muhammad Saw bersabda:
كل مولود يولد على الفترة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه ...
"Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikan mereka Yahudi atau Nasrani atau Majusi ...".

Fitrah manusia hanya diberikan potensi untuk mengenal Tuhan, melalui akalnya, maupun nalurinya yang membutuhkan dzat Maha  Kuasa, dzat yang memeliharanya. Namun untuk tahu bahwa Tuhannya adalah Allah, mengenal sifat-sifat Allah, dia tidak bisa mengetahuinya sendiri. 

Sebagian orang salah faham, saat ada seorang ayah  mengajarkan anaknya ajaran-ajaran Islam sejak kecil, mendidiknya di pesantren, kemudian anak itu tumbuh menjadi Muslim yang taat beragama. Hal itu malah dianggap paksaan dalam beragama, karena Islam yang didapatkan anak itu  bukan berlandaskan pilihannya sendiri. Sebaliknya, ada sebagian lain membiarkan anaknya sejak kecil mempelajari semua agama, dan membiarkannya menimbang sendiri, agama apa yang dianggapnya benar. Lalu menganggap hal itu adalah tindakan mendidik yang benar, dia merasa jika ia menyuruh, berarti itu memaksakan keyakinan tertentu.

Jika anak anda dibiarkan memilih sendiri, lalu tugas anda apa? Sekedar memberi kebutuhan sandang pangan?!. Tentu putra -putri anda bukan kambing yang hanya diperhatikan sisi pertumbuhan badannya saja. Tapi juga perlu adanya pendidikan spiritual, pendidikan karakter.   Sebagaimana membiasakan anak menggosok gigi secara teratur, demikian pula membiasakan mereka dengan kebaikan juga tugas anda. 

Perlu dibedakan antara memaksakan beragama tertentu, dengan seorang ayah yang memaksa anaknya untuk mengerjakan solat, misalnya. Pemaksaan beragama adalah di saat anak itu sudah mampu berfikir jernih, dan bisa mencari sendiri jalan hidupnya termasuk agamanya. Dan ini biasanya terjadi di saat ada sebuah keluarga non-Muslim, kemudian ada anggota keluarganya yang masuk Islam terlebih dahulu. Kebetulan yang masuk Islam terlebih dahulu adalah dia yang memilki kekuasaan di dalam keluarga, katakan saja sang ayah masuk Islam. Ia memiliki tanggung jawab atas istri dan anaknya, dia memilki hak untuk memerintahkan mereka. Namun dalam hal memilih masuk Islam denganya, ia tidak boleh memaksakan, terkhusus anaknya sudah berpendidikan dan mampu membedakan benar-salah.  Sang ayah hanya boleh mengajak dan memperkenalkan Islam, lalu mendoakan. Tentu hal itu berbeda jika anak itu masih kanak-kanak, sang ayah memilki kewajiban mendidik anaknya. Sedangkan seorang ayah yang berasal dari keluarga muslim, dia berhak memaksa anaknya melakukan ritual-ritual Islam seperti solat, puasa dll. Sebagai bentuk tanggungjawab nya mendidik anak. 
 Jadi intinya, mendidik bukanlah bentuk pemaksaan. Mendidik adalah tugas orang tua, guru, dan siapapun yang lebih tua. Jika pendidikan diperhatikan dengan baik oleh para orang tua,  ditambah lagi para guru, dengan pendidikan teori, praktik dan spiritual, pendidikan karakter dan akhlak. Niscaya dunia ini akan damai, melahirkan para generasi yang benar-benar manusia. Wallahua'lam

Bandar Udara Notohadinegoro, Jember Jatim.
26 Des 2021




You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari