Orang Tua Durhaka kepada Anaknya

Februari 11, 2022

 


Orang Tua Durhaka kepada Anaknya

Ketika pulang ke Indonesia Beberapa bulan lalu, saya menyaksikan ada seorang anak bertengkar dengan ibunya, keduanya saling mencaci dengan panggilan kasar dan kotor. Pernah juga mendengar cerita nenek saya, ada seorang anak laki-laki berkelahi dengan ayahnya, sampai warga sekitar memisahkan keduanya yang tengah bergelut. Miris memang melihat kejadian ini, jadi anda yang memiliki putra-putri yang tidak sampai berbuat demikian, seharusnya banyak bersyukur. 

Banyak sekali pembahasan tentang anak durhaka kepada orangtuanya, karena memang faktanya anak lebih banyak berbuat durhaka kepada ayah-ibunya. Sebagaimana perbuatan durhaka kepada orang tua adalah 7 dosa besar yang mencelakakan. 

Namun bukan berarti seorang anak tidak memiliki hak kepada orangtuanya. Sehingga apapun perbuatan anak yang dianggap menyalahi "pandangan" orang tua, merupakan bentuk sikap "durhaka". Apalagi memperlakukan seorang anak tidak dengan semestinya, dengan diskriminasi atau "penindasan", itu semua jauh dari ajaran Islam.


Lalu pertanyaannya, apakah ada istilah orangtua durhaka kepada anaknya? Jawabannya ada, meskipun dosanya tidak termasuk dosa yang besar. Namun jika dilihat efeknya kepada anak, pengaruhnya begitu besar. 

Sebagai pembuka, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda: 

وَإِنَّ لِوَلَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

"Sungguh anakmu punya hak yang harus kamu penuhi" (HR. Muslim)

Dalam sebuah kisah yang ditulis Imam Abu Nu'aim dalam kitabnya "hilyatul Auliya". Seorang Sahabat bertanya kepada Nabi: 

(Wahai Rasulullah...apakah anak-anak kami juga punya hak terhadap kami sebagaimana kami punya hak terhadap mereka?..)

Nabi menjawab: 


  نعم، حق الولد على الوالد أن يعلمه الكتاب 

 "Iya, hak anak dari orangtuanya adalah mengajarinya Al-Qur'an"

Di halaman yang sama, Imam Abu Nu'aim mengutip pendapat sahabat lain: 

كتاب الله عز وجل والرمي والسباحة 

"Org tua harus mengajari anaknya Al Qur'an, memanah dan berenang".

Jadi orang tua harus memberikan pendidikan yang layak dan benar kepada anaknya. Dan pendidikan paling penting adalah pendidikan agama, pendidikan moral, serta pendidikan yang membuat masa depan anaknya cerah; masa depan di dunia maupun akhirat.



Imam Syuti dalam Jami'ushaghir mengutip sebuah hadis:

كما أن لولدك عليك حقا كذلك لولدك 

"Sebagaimana kalian punya hak terhadap anak kalian, demikian pula para anak-anak juga punya hak" 

Mengenai Hadis ini , Imam al-Munawi mengomentari: 

 كما أن لوالديك عليك حقا كذلك لولدك عليك حقا أي حقوقا كثيرة منها تعليمهم الفروض العينية وتأدبهم بالآداب الشرعية والعدل بينهم في العطية سواء كانت هبة أم هدية أم وقفا أم تبرعا آخر فإن فَضّل بلا عذر بطل عند بعض العلماء وكره عند بعضهم .

" فيض القدير " ( 2 / 574 ) .

"Sebagaimana kalian punya hak terhadap anak kalian, demikian pula para anak-anak juga punya hak" maksudnya ada banyak hak anak yang harus dipenuhi, diantaranya: mengajari mereka hal-hal yang Fardu ain (seperti solat, puasa, zakat dll) mengajari mereka Akhlakul Karimah, berbuat adil ketika memberi hadiah atau sedekah. Karena jika memberi nominal lebih kepada salah satu tanpa adanya uzur nama pemberian itu batal, ada yang mengatakan makruh". 



Ada sebuah kisah tentang Sayyidina Umar bin Khattab mengenai tema ini. Meski sanadnya doif, namun maknanya masih sama dan dikuatkan dengan riwayat-riwayat di atas. 

Ada seorang ayah datang mengadu kepada Khalifah Umar bin Khattab, atas perbuatan durhaka yang dilakukan anak lelaki itu. Lelaki itu menggeret anak laki-lakinya dan meminta Khalifah untuk memberinya pelajaran. Lalu Khalifah Umar menasehati anak tersebut agar berbakti kepada ayahnya. 

Lalu anak itu bertanya: (Wahai Khalifah, apakah seorang anak juga punya hak?)

(Tentu saja) jawab Umar Ra. Anak itu bertanya kembali (apa itu?)

Jawab Umar Ra. (Memuliakan ibu si anak, memberinya nama yang bagus dan mengajarinya Al-Qur'an)

Lalu anak itu mengatakan bahwa ayahnya samasekali tidak melakukan kewajiban itu, bahwa menyamainya dengan (kelelawar), ibunya pun tidak dimuliakan karena hanya seorang budak . 

Mendengar perkataan anak itu, Khalifah lalu memandang seorang ayah tadi, seraya berkata: 

(Hei Pak....kamu telah berbuat durhaka kepada anakmu sebelum ia durhaka). 

Ada juga di zaman nabi ada seorang anak perempuan menangis, mengadu kepada Baginda Nabi karena ayahnya menikahkan anak itu dengan lelaki yang tidak dicintainya. Lalu Nabi memanggil ayah gadis itu, dan memarahinya agar tidak berbuat demikian. 

Jadi kesimpulannya, sebelum seorang ayah atau ibu menuntut anak mereka untuk berbakti. Hendaknya mereka berfikir dahulu, apakah mereka sudah melakukan yang seharusnya dilakukan? apakah sudah memberi contoh yang baik? Bagaimana mungkin seorang anak yang berkata halus kepada ibunya, jika ibu itu berkata kasar kepada suaminya? Bagaimana seorang anak berbakti kepada ayahnya, sedangkan ibu anak itu tidak diperlukan semestinya??! 

Lakukan kewajiban, penuhi hak anak, beri contoh yang baik, otomatis anak anak kita akan menjadi anak yang berbakti dan Solih Solihah. Amin ya rabbal alamin. ..



Musim dingin 

Kairo, Jumat 11 Februari 2022



You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari