Yerussalem Damai di Bawah Pimpinan Islam

April 26, 2022

 


Penaklukan Yerussalem

Upaya peluasan memang tidak dilakukan di zaman Kholifah Abu Bakar as Shiddiq, beliau lebih fokus dengan melaksanakan wasiat Nabi untuk memerangi kaum yang murtad sepeninggal Rosulullah Saw. Kemudian, kekholifahan Islam berada di bawah panji Khalifah. Umar bin Khottob, beliau fokus dengan peluasan wilayah Islam.

 Penaklukan beberapa tempat sangat berkembang pesat di zaman beliau. Beliau mengirim pasukan jawara Muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dan Amr bin Ash menuju Kekaisaran Romawi Timur . Perang ini dikenal dengan perang Yarmuk, perang yang terjadi tahun 636 M. Perang ini merupakan pukulan telak bagi Bizantium.

al-‘Udah al-'Umariyah

 Sampai Nabi wafat, toleransi juga diterapkan pada zaman sayyidina Umar bin khottob. Sebagaimana kebiasaan umat Islam ketika menaklukkan suatu daerah, mereka membuat perjanjian tertulis dengan penduduk setempat yang mengatur hak dan kewajiban antara umat Islam Yerusalem dan penduduk non-Islam. Perjanjian (Aelia Capitolina) ini ditandatangani oleh Umar bin Khattab, Uskup Sophronius, dan beberapa panglima perang Islam pada 20 Robiul Awal 15 H.( februari 638 M.).  Khalifah. Umar mengalihkan kekuasaan Yerusalem di bawah kepemimpinan Bizantium. Sejak beliau memimpin, beliau lebih memilih rahmat kepada non-Muslim yang tidak menyerang umat Islam. Beliau  melakukan seperti apa yang pernah dilakukan Nabi Saw memerintah sebuah negara, Khalifah. Umar membuat perjanjian dengan penduduk Yahudi dan Nasrani di bawah kepemimipinan Islam dengan perjanjian yang hampir sama degan piagam Madinah. Perjanjian ini mengatur kehidupan toleransi umat Islam dan non Muslim untuk hidup damai, piagam itu dikenal Al ‘uhda al ‘Umariyah, itulah toleransi Umar.

 Sebagai penakluk kota kiblat pertama kaum Muslimin ini Khalifah. Umar bin khttob yang wataknya keras tidak menerapkan pembantaian kepada masyarakat kristen Yerusalem. Beliau menerapkan seperti apa yang diterapkan Nabi kepada  kaum Yahudi dan Nasrani di Madinah. Kelemahlembutan Khalifah. Umar juga mendapat apresiasi penuh dari masyarakat Yerusalem. Mereka merasa nyaman berada dibawah kepemimpinan umat Islam, bahkan mereka merasa lebih baik dari sebelumnya. Hak-hak mereka tidak ada yang dikurangi dan dirampas oleh Islam. Sebagai perbandingan, 23 tahun sebelum Yerusalem ditaklukkan umat Islam, wilayah Bizantium ini pernah ditaklukkan oleh Persia.  saat itu Persia memerintahkan melakukan pembantaian terhadap masayarakat sipil Yerusalem.

Piagam itu di antaranya berisi : “Umar amir al-mu’minin memberi jaminan perlindungan bagi nyawa, keturunan, kekayaan, gereja dan salib, dan juga bagi orang-orang yang sakit dan sehat dari semua penganut agama.  Gereja mereka tidak akan diduduki, dirusak atau dirampas. Penduduk Ilia (maksudnya Yerusalem) harus membayar pajak (jizya) sebagaimana penduduk lainnya”.Dan seterusnya.

Sebagai ganti perlindungan terhadap diri, anak cucu, harta kekayaan, dan pengikutnya Sophorinus juga menyatakan jaminannya. “kami tidak akan mendirikan monastery, gereja, atau tempat pertapaan baru dikota dan pinggiran kota kami;Kami juga akan menerima musafir Muslim kerumah kami dan memberi mereka makan dan tempat tinggal untuk tiga malam… kami tidak akan menggunakan ucapan selamat yang digunakan Muslim; kami tidak akan menjual minuman keras; kami tidak akan memasang salib di jalan-jalan atau di pasar-pasar milik umat Islam”.  42

Bukan hanya itu, salah satu poin dalam Piagam itu melarang Yahudi masuk ke wilayah Yerusalem,ini atas usulan Sophorinus. Namun Umar meminta ini dihapus dan  Sophorinus pun setuju. Umar lalu mengundang 70 keluarga Yahudi dari Tiberias untuk tinggal di Jerussalam dan mendirikan Synagogue. Konon Umar bahkan mengajak Sophorinus membersihkan Synagog yang penuh dengan sampah. Itulah toleransi Khalifah. Umar.

Prestasi Khalifah. Umar mengatur negara dengan toleransi Islam sangat gemilang, banyak cendikiwan barat yang mengakui akan keadilan Khalifah. Umar . Sehingga, mereka menuliskan dalam sejarah indanya toleransi di zaman itu.

Karen Amstrong  Memuji  Sikap  Umar

Karen Amstrong memuji ketinggian sikap Khalifah. Umar dalam meaklukkan jerussalam yang tidak pernah dilakukan oleh penguasa penguasa lainnya. Karen amstrong mencatat:

“ Umar juga mengekpresikan sikap ideal kasih sayang dari penganut (agama) moneteistik, dibandingkan dengan semua penakluk Yerusalem lainnya, dengan kemungkinan perkecualian pada raja Daud. Ia memimpin satu penaklukan dengan sangat damai dan tanpa tetesan darah, yang kota itu belum pernah menyaksikan sepanjang sejarahnya yang panjang dan sering tragis. Saat ketika kaum kristen menyerah tidak ada pembunuhan di sana, tidak ada penghancuran properti, tidak ada pembakaran simbol simbol agama lain, tidak ada pengusiran atau pengambilalihan, dan tidak ada usaha untuk memaksa penduduk Yerusalem memeluk Islam. Jika sikap respek terhadap penduduk yang dilakukan dari kota Yerusalem itu dijadikan sebagai tanda intergitas kekuatan monoteistik, maka Islam telah memulainya untuk masa yang panjang di Yerusalem, dengan sangat baik tentunya.” 43

Masa Gelap Umat Yahudi

 Sebelum umat Islam menuliskan tinta emas dalam sejarah Yhudi, Umat Yahudi pernah menglami masa gelapnya.  Max L. Margolis dan Alexnder Marx mencatat, kominitas awal awal Yahudi di Eropa dapat dijumpai di Roma sekitar tahun 200 M. Sejumlah peristiwa pahit menimpa kaum Yahudi, dimana mereka di usir besar besaran oleh imperium kekuasaan Romawi. Yahun ke 19 , kaisar Tiberius mengusir Yahudi dari Roma dan Italia. Namun tampaknya mereka masih kembali lagi. Tahun 44, kaum Yahudi termasuk yang menagisi kematian Julius caesar. Tahun 54, karena menentang propaganda kristen, Yahudi dilarang berkumpul di sinagong. Tahun 139, sejumlah Yahudi diusir kembali dari Roma.

Tak satupun negara yang menerima kaum Yahudi, dimana saja mereka diusir dan dibantai. Di samping juga banyaknya negara yang fanatik terhadap agama kristen dan menjadikan gereja sebagai bagian dari ketetapan negara, Yahudi diusir dari negara tersebut, utamanya di benua Eropa. Sampai abad ke 15, pembantaian Yahudi itu terus saja terjadi  di Spanyol. Di Rusia pemabantaian dan penindasan Yahudi dikenal dengan ‘programs’ (mob voilence) dan masih berlangsung hingga abad ke 20.

Toleransi beragama yang Rosulullah ajarkan sempat mencatat tinta emas dalam sejarah Yahudi. Setelah diusir dari Spanyol kaum Yahudi dilindungi oleh turki Ustmani. Saat Spanyol berada dibawah kekuasan Islam kaum Yahudi juga diperlakuan layaknya manusia. Penaklukan Konstantinopel oleh sultan Muahmmad al Fatih sebagai benteng terkuat sedunia kala itujuga menerapkan sikap toleransi. Rakyat Konstantinopel awalnya takut dengan kekuasaan Islam, mereka mengira mereka akan ditindas oleh pemimpin Islam dan mereka mayoritas adalah Nasrani, dan ternyata mereka mengakui akan mulianya Islam kepada rakyat. Bahkan mereka merasa lebih baik daripada pemimpin mereka sebelumnya. Tak ada paksaan masuk Islam, tapi justru mereka berlomba-lomba untuk masuk Islam.

Di daerah terjadi konflik tersering di dunia yaitu kota Yerusalem. Kota yang hingga saat ini menjadi perebutan manusia. Di dalamnya terdapat tiga agama besar yang hidup berdampingan dengan damai; Islam, Yahudi dan Nasrani. Negara yang terdapat di dalamnya kiblat pertama umat Islam itu pernah merasakan kejayaannya, setidaknya setelah Islam memimpin kekuasaan Yerusalem dan melindunginya. Di sana terdapat sebuah gereja yang bernama Holy Sepluchhre yang parsis di depan gereja itu ada sebuah masjid. Itu artinya, pernah terjadi toleransi agama yang sangat kental di kota itu. shingga pada zaman sultan Slahuddin al Ayyuby pada tahun 1193 M., membangun sebuah masjid permanen tepat di depan gereja dengan nama Masjid Umar sebagai simbol toleransi di zaman itu. Khalifah Umar dan dan Sophorinus bisa dikatakan adalah “bapak toleransi atau pluralisme” dalam beragama. Namun, penerapan pluralisme yang kita temui saat ini sangat berbeda jauh dengan “bapak pluralisme” sendiri setelah makna pluralisme dirusak oleh “Liberal”.

Ali Afifi

Kairo, 9 Maret 2016

You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari