Dari Ajaran Budha, Borobudur dan Muslim Indonesia hingga Etnis Rohingya
September 04, 2017
Dari Ajaran Budha, Bodorbudhur di Indonesia, Hingga Etnis Rohingya
di Myanmar
Oleh: Ali Afifi
(Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo)
Secara garis besar, hampir
semua agama di dunia ini mengajak kepada kebaikan. Mengajak manusia untuk
kembali kepada kedamaian melalui tuntunan tuhan masing-masing. Ajaran agama
berisi sebuah aturan hidup, mulai dari aturan beragama, bersosial dengan orang
lain hingga aturan terhadap diri sendiri, maka setiap kebaikan dari agama
manapun itu akan membawa hal positif terhadap masyarakat, tanpa memandang apa
agamanya.
Namun, dalam keyakinan setiap agama pastilah berbeda, suatu agama boleh
mengklaim agamanya adalah yang yang paling benar karena agama adalah pilihan,
tidak ada paksaan dalam beragama. Jika seorang tidak menganggap agamanya yang
paling benar, bisa jadi orang tersebut bukan penganut agama yang taat. Dalam Islam,
kebaikan apapaun akan membawa hal positif dalam kehidupan, namun belum tentu
semuanya diberi ganjaran oleh tuhan orang Islam (Allah). Dalam Islam kebaikan akan mendapat ganjaran dengan syarat dia harus
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan demikian dia akan mendapat ganjaran
kelak di akhirat (Syurga). Demikian juga dengan agama Budha mislanya, dalam ajaran
mereka, agama yang paling benar adalah agama yang dibawa oleh Budha, dan
seorang makhluk tidak akan mendapat syurga Budha jika tidak beriman
kepada Budha, ini adalah hal yang wajar.
Jika semua manusia berpegang teguh dengan agama masing-masing pastilah akan baik segalanya, kareana ada hal positif dalam agama tersbut, dan secara naluri manuisa (meskipun ada
agama yang tidak mengajarkan kebaikan) kebaikan adalah hal yang baik, dan
keburukan adalah hal yang buruk, jika suatu agama mengaarkan keburukan, niscaya
manusia akan otomatis menjauh.
Dalam ajaran budha, tidak ada keterangan untuk bersikap keras, melakukan
teror apalagi hingga mengalirkan darah hanya karena berebut kekayaan alam.
Budha mengajarkan untuk saling mencintai, serta menyeberkan cinta kepada seluruh
manusia.
Dijelaskan dalam Mettā Sutta, Khuddakapāñha, Khuddaka Nikāya :
"Cinta kasih adalah bagaikan seorang ibu yang memepertaruhkan nyawanya, melindungi putra tunggalnya. Demikian terhadap semua makhluk, dikembangkannya pikiran cinta kasih tanpa batas, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling, tanpa rintangan, tanpa benci dan permusushan."
"Cinta kasih adalah bagaikan seorang ibu yang memepertaruhkan nyawanya, melindungi putra tunggalnya. Demikian terhadap semua makhluk, dikembangkannya pikiran cinta kasih tanpa batas, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling, tanpa rintangan, tanpa benci dan permusushan."
Sang Budha mengajarkan cinta kasih yang universal sebagai dasar utama. Cinta kasih ini haruslah dikembangkan dengan sebaik-baiknya dengan motivasi yang benar. Cara terbaik mengembangkan sinta kasih yaitu;
"Cinta kasih seharusnya dikembangkan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan."
"Cinta kasih seharusnya dikembangkan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan."
Kekuatan cinta kasih yang universal
bukan hanya memberi kebahagiaan bagi makhluk lain tetapi juga memberikan
ketenangan batin bagi diri sendiri. Hal baik ini menjadi karma yang baik dengan
motivasi yang benar.
Dalam ajaran Budha dikenal peringatan Hari Trisuci Waisak, atau rangkaian peringatan tiga peristiwa suci yaitu hari lahir Pangeran Sidharta Gautama, saat pertapa Gautama mencapai penerangan sempurna, hari Pari Nibbana Budha Sakyamuni.
Biksu Vihara Budha Dharma, Bhante Badra Guna, saat menyampaikan renungan Waisak mengatakan bahwa sang Budha mengajarkan kesederhanaan dan kehidupan bersih dengan mengekang kehidupan jahat.
"Sang Budha selalu mengajarkan cinta kasih, simpati, dan keseimbangan batin."
Dalam ajaran Budha dikenal peringatan Hari Trisuci Waisak, atau rangkaian peringatan tiga peristiwa suci yaitu hari lahir Pangeran Sidharta Gautama, saat pertapa Gautama mencapai penerangan sempurna, hari Pari Nibbana Budha Sakyamuni.
Biksu Vihara Budha Dharma, Bhante Badra Guna, saat menyampaikan renungan Waisak mengatakan bahwa sang Budha mengajarkan kesederhanaan dan kehidupan bersih dengan mengekang kehidupan jahat.
"Sang Budha selalu mengajarkan cinta kasih, simpati, dan keseimbangan batin."
Maka bisa disimpulkan bahwa
kekerasan dan kejahatan bukanlah ajaran Budha yang sesungguhnya, barangsiapa
yang menyalahi ajaran Budha sedangkan dia seorang penganut ajaran Budha, maka
dia telah melanggar ajaran tuhannya dan akan diberi adzab kelak.
Perlu di catat, dalam penjelasan ini penulis bukan
bermaksud mengajak untuk beragama budha atau sebagainya, Nsuzubillah. Penulis hanya
ingin mengingatkan kepada orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Budha agar
memahami ajarannya dengan baik.
Borobudur di Indonesia
Agama tertua di Indonesia adalah agama animisme yaitu
menyembah segala hal, kemudian datang agama lainnya yaitu Hindu dan Budha, kedua
agama ini adalah agama senior, kemudian agama Islam juga datang ke dalam
masyarakat Indonesia. Ajaran Islam dibawa oleh Wali Songo, dakwah mereka adalah
dakwah yang lembut, ramah, dan santun, maka tak salah jika agama Islam kini
menjadi agama mayoritas di Indonesia dan dengan mudahnya Islam menyebar di
sana.
Islam adalah agama toleransi, agama yang tidak
mengajarkan kekerasan, apalagi terorisme. Salah satu bukti toleransi Islam adalah
dibiarkannya candi agama Hindu tertua itu atau yang terkenal dengan nama
Borobudur, candi besar yang dibiarkan oleh umat Islam sebagai mayoritas, pastilah jika wali songo
itu menyebarkan dengan terror dan kejahatan niscaya sudah lama candi itu
dihancurkan, namun faktanya, bisa kita lihat sampai sekarang.
Etnis Rohingya di Myanmar
Namun apa yang
terjadi kepada saudara kita dalam Islam, dan saudara kita sebagai manusia, yaitu
kepada etnis Rohingya yang kini marak diperbincangkan publik. Jika memang benar
ini adalah konflik agama, maka tidak selayaknya hal keji itu dilakukan, karena
sudah jelas kejahatan berupa terror telah melanggar ajaran Islam maupun Budha,
namun jika ini adalah konflik social, maka selesaikanlah dengan kepala dingin,
dengan musyawarah, bukan dengan mengalirkan darah. Bukankah kita sudah hidup di
era modern, era yang sangat maju dan penjajahan di muka bumi harus dihapuskan?
Kejahatan apapun tidak dibenarkan secara hukum , jika
ada yang bertanya kepada kami orang Islam , apakah hukum mengalirkan darah orang
kafir?. maka kami jawab tidak boleh. Allah mengajarkan kita menghormati manusia
sebagai manusia, memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan menganiaya apalagi
mengalirkan darah.
Memang dalam Islam ada istilah jihad, namun jihad
hanya untuk membentengi, bukan untuk menyerang. Kalaupun dalam Islam diperbolehkan
membela diri dan memerangi orang kafir, dalam Islam dilarang berbuat
berlebihan, dilarang menyakiti wanita kafir, membunuh orang lansia, atau anak
kecil, dilarang menebang pohon, membunuh hewan kecuali untuk dikonsumsi, dan
dilarang menghancurkan tempat-tempat ibadah agama lain. Dan yang paling
menyengat bau toleransi dalam islam adalah, Allah melarang umat Islam mencaci
sesembahan orang lain, supaya tidak menyebabkan kegaduhan dan merekapun mencaci
tuhan orang Islam yaitu Allah Ta’ala..
Semoga tulisan
singkat ini akan membawa kita semua kepada yang lebih baik. Amin..
Cairo, 4 September 2017
0 komentar