Lembaran Hidup (Bag 1)
Februari 28, 2019
Lembaran hidup
oleh: Ali Afifi
Dalam tarikh manusia, ada
yang tak lekang diempas waktu, tak hancur di makan masa, yang terus menerus
hadir disekitar kita, tak akan pernah pupus dari sejarah, walau dunia digulung
sekalipun. Yang berlalu tak akan pernah terkelupas dari catatan, yang akan
datang selalu menjadi misteri yang tak pernah terbayangkan. Hal yang selalu
menjadi pelengkap cerita hidup, tekadang berada di bawah, dan bisa juga
berbalik arah. Bumbu kehidupa telah diracik, kita sebagai manusia hanya bisa
mencicipinya.
Setiap diri memiliki lembaran kertas
masing-masing. Lembaran itu beraneka
ragam warna, bentuk, dan ragamnya. Terkadang berwarna merah, hijau, atau bahkan
bisa sampai berwarna hitam. Aromaya terkdang seperti bagkai yang selalu
diendus-endus, namun ada yang wanginya semerbak sehingga hidung serasa ingin selalu
menghirup baunya. Lembaran itu bisa saja mengalirkan air mata, bisa juga
mebiarkan mulut terbuka dengan tawa. Lembaran yang
begitu ajaib, memiliki kakuatan yang
tidak kasat mata. Lembaran itu adalah cerita hidup yang pernah kau tapaki,
lembaran takdir yang telah tertulis namun belum kau ketahui.
Lembaran kita berupa buku
kosong, bersampulkan hard cover. Cover
depan adalah kelahiran, yang di sanalah untuk pertama kalinya kau melihat
luasnya dunia setelah rahim ibumu. Kemudian kau akan melihat lembaran kosong
yang kau corat-coret dengan krayon atau pensil, di sana kau menggambar gunung
yang di tengahnya terdapat matahari yang selalu tersenyum, itulah masa
kekanak-kanakanmu. Pada masa itu, catatanmu masih belum diserahkan kepadamu.
Semua perbatanmu masih dipertanggungjawabka kepada ayah dan ibumu.
Saat lembaran itu telah penuh, kau membuka
lembaran baru, sepertinya kau mulai bisa memahami dirimu yang sebenarnya,
itulah usia remaja menuju dewasa. Biasanya kau akan menggabar di dalamnya
sebuah benda berwarna merah berbentuk hati, itulah “LOVE”. Ya...di sini kau
akan mengenal cinta, kau mulai merasakan hal yang berbeda saat melihat lawan
jenis. Yang awalnya bergurau saling lempar krayon saling corat-coret muka, kini
semuanya sudah berbeda. Hatimu menjadi sangat sensitif di masa ini, terutama
para wanita, mereka sangat sensitif akan hal-hal yang dilakukan kaum pria di
depannya. Bisa jadi sebuah senyuman memiliki seribu makna yang berbeda. Bisa
jadi senyuman itu menyakitkan, bisa jadi membahagiakan dan bisa jadi hanya
sebuah komedi yang membuahkan tawa. Lembaran inilah lebaran yang sangat rawan
akan bahaya. Lembaran yang sering
termakan oleh rayap hingga menjadi lapuk. Lembaran yang kau baiarkan basah
hingga tersobek dan tertinggal begitu saja.
Banyak orang yang tidak menghiraukan masa remajanya, masa-masa yang
sangat berharga dan tak akan terulang kembali.
Namun, dari sana kau
dapat menentukan jati dirimu untuk masa mendatang. Pada masa-masa ini kau akan terombang-ambing
oleh arus yang berbeda haluannya. Bisa saja kau kuat menahan arus, dan kau
berdiri kokoh di aliran itu. Bisa saja kau terbawa arus dan tenggelam hingga
terjatuh ke jurang air terjun. (bersambung)
0 komentar