Atheisme

Maret 04, 2021


Atheisme 

Syekh Ali Jum'ah pernah berbicara soal atheisme, khususnya yang ada di negara Arab. Bahwa hal pertama dan utama yang mereka lakukan adalah merasuki akal kalangan pemuda-pemudi,  bahkan menjadikannya objek utama. Sebab di usia itu, pengalaman mereka masih sedikit, mungkin juga ilmunya. Apalagi di masa muda adalah masa ingin tahu, masa berfikir, masa mencari jati diri. Hal itulah yang membuat kalangan pemuda mudah sekali bergabung atau terpengaruh dengan paham-paham menyimpang, mulai dari ekstremisme, fundamentalisme, liberalisme, atau bahkan atheisme. 

Salah besar jika membatasi bahwa atheis lawannya muslim, dan meyakini; kalau sudah muslim berarti bukan atheis. Karena para "Mulhidin" (atheis) di Mesir atau negara Arab secara umum, banyak juga yang Muslim, di antara mereka ada yang benar-benar niat menjadi atheis, ada juga yang hanya terpengaruh secara pemikiran. 

Sebenarnya atheisme ini bukan hal baru, dalam turats klasik, bibit-bibit atheisme sudah dideteksi, apalagi kalau membaca buku-buku yang berkaitan dengan "milal wan nihal". Mereka menyebutnya sebagai kaum "Zanadiqah" atau "Zindiq", berasal dari bahasa Persia, yang berarti "orang sesat". 

Salah satu sumber penyebaran pemikiran atheis yang paling cepat adalah media massa, internet. Di Mesir ada beberapa konten gencar menyebarkan virus atheisme, Syekh Ali Jum'ah menyebut media-media tersebut dengan "Zibalah an-nit",  yang artinya (Sampah Internet). 

Syekh Ali juga menjelaskan,  salah satu hal yang biasa dilakukan atheism kepada kalangan pemuda, adalah "Tasykik fis-Stawabit",  artinya membuat mereka ragu,  skeptis terhadap hal yang sudah pasti benar. Dalam agama, maupun tradisi. 

Yang paling banyak misalnya tentang kerelativitasan kebenaran, bahwa semuanya masih relatif, remang-remang, belum tentu benar.

Maka mereka mengatakan : Tidak boleh mengklaim Islam atau Kristen atau Hindu, sebagai agama yang paling benar. Sebab kebenaran suatu agama masih relatif. Padahal dalam Islam jelas, "Bagimu agamamu, bagiku agamaku". Silahkan beribadah, silahkan mengklaim kebenaran agama. Tapi jika ingin mencari kebenaran, mari berdiskusi, mari berargumentasi. 

Kalau dalam Hadis misalnya, mereka menskeptisasi keorisinalanan Hadis, bahwa "hadis ditulis 200 tahun setelah Nabi saw wafat, yang sudah pasti ada kesalahan." Kemudian melecehkan keotoritasan mazhab, ulama dan para mujtahid. Dengan mengatakan bahwa, "ulama adalah manusia, selama masih manusia maka boleh salah". Kalau kita perhatikan sangat jelas sekali silogisme-silogisme yang diutarakan sangat cacat, juga sofis sekali. 

Syekh Ali Jum'ah juga pernah menjelaskan, hal-hal yang stawabith (statis) dan tidak berubah adalah akhlak, dan etika. Secara garis besar, agama-agama sepakat tentang akhlak, moralitas, perangai indah. Bahkan bukan hanya agama, manusia dari berbagai bangsa juga sepakat. 

Semua sepakat bahwa bohong, mencuri, mencaci, sombong, membunuh, berzina dll adalah negatif. Tapi bagi relativisme ini, akhlak masih nisbi. Hal yang dianggap baik di Indonesia, belum tentu dianggap baik di tempat lain. 

Tapi dalam Islam tidak demikian, kebenaran mutlak itu ada, kesepakatan itu ada. Dalam Akidahnya, Imam an-Nasafi (W. 537 H.) menuliskan : 

"حقائق الأشياء ثابتة والعلم بها متحقق،  خلافا للسوفسطائية"

Kalimat di atas sangat sedikit, tapi sudah menghancurkan bangunan besar para kaum Sofis. 

Sebuah negara, akan makmur jika ia bertuhan,  beragama. Khususnya agama Islam.. Karena dengan bertuhan, ia memiliki keyakinan bahwa segala yang ia lakukan akan diganjar, dipertanggungjawabkan. Tidak sebatas sampai pada jabatan, memanen uang, lalu mati. Tidak,  tapi masih ada kehidupan selanjutnya. 

Grand Syaikh Al-Azhar: Prof. Dr. Ahmad el-Tayyib mengatakan: 

"Kebanyakan tragedi yang diderita umat manusia saat ini disebabkan oleh maraknya pemikiran materialisme, atheisme, dan politik  penindasan yang berpaling dari agama-agama Tuhan, ataupun merendahkan agama dan ajarannya". 

Atheisme dan pola berfikir sangat berhubungan kuat dengan sebuah perbuatan, perilaku, apapun itu. Jadi, tulisan selanjutnya adalah berkaitan tentang miras, yang masih berhubungan dengan atheisme. 

***


Ali Afifi Al-Azhari 

Kairo, 4 Maret 2021


https://aliafifiibrahim.blogspot.com/2021/03/atheisme-miras-dan-bencana-alam.html?m=1

Silahkan dibaca tulisan saya lainnya di blog: Ali Afifi Al-Azhari



You Might Also Like

0 komentar

aLi_afifi_alazhari