Miras dan Bencana Alam

Maret 04, 2021

 


Grand Syaikh Al-Azhar: Prof. Dr. Ahmad el-Tayyib mengatakan: 
"Kebanyakan tragedi yang diderita umat manusia saat ini disebabkan oleh maraknya pemikiran materialisme, atheisme, dan politik  penindasan yang berpaling dari agama-agama Tuhan, ataupun merendahkan agama dan ajarannya". 

Baru-baru ini di Indonesia ramai tentang legalisasi miras, meskipun pada akhirnya presiden merujuk dan menerima masukan para tokoh dan Ulama. Sebelum itu, orang-orang yang mendukung, banyak yang berdalih dengan logika-logika sakit. Misal mengatakan: 

 "Miras memang haram bagi umat Islam, tapi tidak bagi agama lain dan di Indonesia bukan hanya Islam, karena kita bhinka.".

"Khamr boleh haram bagi Islam, tapi kita Indonesia, bukan negara Islam".

"Islam adalah rahmatan lil-alamin, yang menghormati kearifan lokal, dan khomr adalah kearifan lokal di beberapa daerah". 

Padahal, khomr bukan kearifan lokal. Kearifan berasal dari "Arif" artinya hal yang dianggap baik, semua ahli kesehatan sepakat miras tidak baik untuk kesehatan. Apalagi, dari dulu polisi selalu merazia tempat-tempat minum itu. Kalau masyarakat pedalaman di pedesaan, jangan tanya apa komentar mereka. Lalu mengatakan miras adalah kearifan lokal, padahal ia bukan  lokal. Tapi internasional,  bangsa-bangsa  bobrok di luar Indonesia meminumnya, zaman Jahiliyah sebelum Nabi juga meminumnya. Jadi miras samasekali bukan kearifan bukan juga lokal. 

Entah kenapa akhir-akhir ini istilah rahmatan lil alamin sering digunakan untuk menjustis beberapa kesesatan, penyimpangan. Sudahkah membaca buku tafsir, terkait makna rahmatan lil alamin? Jika tidak coba baca buku Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki yang berjudul "Muhammad Insan al-Kamil". 
***

Sangat bersyukur sekali di Indonesia masih ada ormas-ormas besar yang berperan penting, seperti NU, Muhammadiyah dll. Kalau tidak, sudah pasti Indonesia akan diproyeksikan menjadi negara sekuler. 

Coba kita hayati pernyataan Syaikh Al-Azhar di awal tulisan, kemudian lihat fakta keadaan negeri kita, wabah, bencana, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, ini semua karena ulah kita sendiri. 

Tidakkah kita sadar, dosa kolektif yang kita perbuat, itulah penyebab banyaknya bencana di Indonesia??! 

Allah berfirman: 

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (النحل : 112)

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah memberi merasa rasa lapar dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat". (QS: an-Nahl 112)

 

Penulis sebagai salahsatu anak bangsa, tentu ingin bangsanya menjadi bangsa yang makmur, tenteram, baldatun tayyibatun wa rabbun Ghafur. Lisan tidak pernah putus mendoakan semua yang yang dicintai, meski dari jauh. Bahkan, penulis meninggalkan keluarga untuk belajar, untuk kemudian mengabdi di negara kelahiran kelak. Inilah bentuk cinta Negara. 

Semoga Allah menjaga Indonesiaku. 

Ali Afifi Al-Azhari 

Kairo, 5 Maret 2021

You Might Also Like

2 komentar

  1. MasyaAllah tabarokallah sya sgt setuju sesuai dlm kitab yg saya pelajari. Doa kami semoga bisa membawa kemanfaatan bagi seluruh umat

    BalasHapus
  2. MasyaAllah tabarokallah sya sgt setuju sesuai dlm kitab yg saya pelajari. Doa kami semoga bisa membawa kemanfaatan bagi seluruh umat

    BalasHapus

aLi_afifi_alazhari