Isra’ Mi’raj dan Problematika
al-Quds
Sentralitas Al-Azhar sebagai intsantsi Ahlussunnah
terbesar dalam mengikis radikalisme, ekremisme, dan segala bentuk penyimpangan,
samasekali tidak membuatnya bersikap apatis terhadap problematika yang dialami
Umat Islam dan Bangsa Arab. Perihal Rohingya misalnya, berita yang memuncak
pada tahun 2018 itu, Al-Azhar mengutuk
keras tindakan anti kemanusiaan yang dilakukan di Myanmar terhadap umat Islam. Perihal
penembakan jamaah di Masjid Cristchurch di Slandia Baru Australia pada 2019, di
mimbar-mimbar Mesir, terkhusus Mimbar Masjid Al-Azhar, semua umat Islam dan
Al-Azhar mengutuk keras tindakan terorisme itu. Penindasan bangsa Uyughur, oleh
pemerintah Cina, di Majalah Al-Azhar yang ditebitkan bulan itu, Al-Azhar mengutuk
ketas tindakan itu. Kemudian yang terakhir, Penisaan Nabi Muhammad oleh
presiden Prancis, Marcon. Syaikh Al-Azhar sangat menyayangkan sebuah
pelanggaran HAM dilakukan oleh negara yang mengatasnamankan negara HAM.
Dari semua pelanggaran itu, yang lebih awal
diangkat oleh Al-Azhar adalah sisi kemanusiaannya. Al-Azhar ingin agar semua
manusia berinteraksi dengan manusia lain sebagai manusia, sebelum melihat agama
dan keyakinannya. Karena dengan demikian, negara-negara non-Muslim yang tidak
mempercayai dalil-dalil al-Quran maupun Sunnah, dapat menerima dan tersentuh
logikanya. Sebab seuruh negara-negara di dunia ini sudah terikat dengan
perjanjian damai, salahsatunya HAM. Tapi uniknya, hampir semua pelanggaran HAM
itu justru dilakukan oleh negara-negara sekuler, negara-negara yang tidak
dihuni Umat Islam.
Salahsatunya adalah Amerika, dalam sebuah mu'tamar, Syekh Ahmad at-Tayyib mengatakan:
Amerika adalah Promotor Terorisme Terbesar di Dunia
"Saya berani menyatakan bahwa para pemegang kebijakan di PBB dan
media-media internasional tidak benar-benar menepati apa yang mereka katakan
dan putuskan. Jangan heran kalau PBB tidak mampu mencegah keputusan-keputusan
politik yang zhalim.
Meskipun sudah 66 tahun PBB berdiri, tetapi perdamaian dunia ini
masih dikendalikan oleh negara adidaya sesuka hati dan kepentingan mereka. Juga
dengan hegemoni dan metode zhalim yang didukung oleh teori tak bermoral yang
mereka usung yaitu 'tujuan menghalalkan segala cara.
Salah satu hal yang dapat menghancurkan perdamaian dunia adalah
HAK VETO. Hal inilah yang mengekang PBB, sehingga gagal menghukum para pelaku
kejahatan dan menegakkan perdamaian. Oleh karena itu banyak pakar yang
berpendapat bahwa hak veto Amerika, misalnya yang berkaitan dengan pergerakan
Zionis di Palestina, justru merupakan faktor terpenting bahkan pendukung
terorisme dunia.
Kita semua tahu bahwa industri senjata di Barat tidak pernah
berhenti. Kalau senjata-senjata ini tidak boleh digunakan untuk orang Barat,
kepada siapa lagi ditodongkan kalau bukan kepada orang-orang di Timur?"
Amerika, saat dipimpin oleh Trump, pada tahun 2018, dengan
mudahnya ia mengakui kewarganegaraan Zionis Israel terhadap Palestina. Bahkan ia
tidak segan memalsukan sejarah, bahwa Yerussalem atau al-Quds adalah milik
Yahudi.
1.
Padahal, sejarah otentik mencatat
Palestina adalah negara Arab, didirikan oleh orang Arab. Pendirinya adalah
bangsa Arab al-Yabusi. Mereka adalah kakek bangsa Arab Palestina yang hidup
pada 21 Abad sebelum diutusnya Nabi Ibrahimas., dan 27 abad sebelum diutusnya
Nabi Musa as. Jika adalanya demikian, lalu mengapa Yahudi merasa tanah al-Quds
adalah miliknya?
2.
Yahudi mengaku bahwa di bawah
masjid terdapat “Haikal” (puing-puing) istana Raja Solomon (Nabi Sulaiman),
padahal, Nabi Sulaiman hidup dan berkuasa ketika al-Quds sudah berumur 3000
tahun. Dan lama waktu tinggal keturunan Nabi Dawud, Nabi Sulaiman (yang
merupakan Nabi Umat Yahudi) tidak lebih dari 415 tahun. Coba bandingkan dengan umat
Islam yang berkuasa di Andalusia, Spanyol, Portugal, Khilafah Islamiyah tinggal
di sana selama 800 tahun lebih, namun mereka masih tidak merasa memilki hal
kewarganegaraan.
3.
Jika Yahudi mengaku al-Quds
adalah miliknya, dengan mengatasnamakan agama Yahudi, bukankah mereka membunuh
para Nabi kaum Yahudi saat diutus? Bukankah mereka membangkang dari ajaran Nabi
Musa agar tidak menyembah berhala?. Lalu Yahudi mana yang mereka anut?
4.
Lebih jauh lagi, apa hubungan
agama Yahudi dengan al-Quds?, bukankah Nabi Musa diutus di Mesir? Dan Taurat
berbahasa Hieroglyphics yang merupakan bahasa kuno Alexanderia di Mesir? Lalu apa
hubungan Yahudi dan Yerussalem yang letaknya jauh.
5.
Jika Yahudi mengaku al-Quds adala
milikny, dengan alasan mereka solat menghadapnya. Maka katanakan bahwa yang
menghadap ke al-Quds bukan hanya agama Yahudi, Mesir kuno, Kristen Ortodoks,
Yunani, kaum Ahbasy juga menghadap ke sana. Mengapa hanya Yahudi yang mengakui
kepemilikan al-Quds. Coba bandingkan dengan umat Islam yang mengahadap Kiblat
Makkah, orang Indonesia atau Malaysia yang beragama Islam samasekali tidak
memiliki hak kewagranegaraan layaknya yang dilakukan Zionis itu !
Masih banyak lagi bantahan logis yang ingin penulis
sampaikan, tapi cukup itu saja dulu karena lima point itu rasanya sudah bisa
membantah Zionis.
***
Ketika itu Donald Trumb didesak oleh banyak pihak
atas perlakuannya, iapun ingin menemui Grand Syaikh Ahmad el-Tayyib untuk
sekedar bertamu. Tapi dengan tegas, Grand Syaikh Al-Azhar menolak
kedatangannya, atas pemalsuan sejarah
dan dukungannya terhadap tindakan penjajahan. Saat itu Grand Syaikh mengatakan:
“Saya tidak akan pernah duduk
dengan pemalsu sejarah”.
Maka pada tahun itu juga Al-Azhar benar-benar
menyeru kepada seluruh umat manusia dengan hati nurani untuk menolak tindakan
anti kemanusiaan dan penjajahan yang dilakukan Kaum Zionist. Dan pada tahun itu
juga, Al-Azhar mengadakan Mu’tamar Internasional dengan mendatangkan berbagai
tokoh dari negara Timur maupun Barat, perwakilan dari berbagai agama, dan semua
tokoh masyarakat dari berbagai background untuk bersama-sama menolak penjajahan
pada bumi Palestina, yang hingga saat ini tidak bisa terselesaikan. Salahsatu kalimat
Syaikh Al-Azhar yang amat menggugah hadirin kala itu:
"ونحن نتصدى للإرهاب والغلو والتطرف، فإن هذه التحديات التي تشغلنا ليل نهار لا يمكن
أن تأخذنا بعيدا عن قصية العرب والمسلمين الأولى، وهي قضية المسجد الأقصى، أولى
القبلتين وثالث الحرمين، والقضية الفلسطينية التي لا سلام للعالم إلا بحل مشكلاتها
حلا جذريا وعادلا"
"Kita
akan selalu melawan terorisme, ekstremisme dan segala sikap berlebihan. Meski demikian, tantangan-tantangan yang menyibukkan
kita siang dan malam ini, tidak mungkin membuat kita lupa dan jauh dari
problematika lama yang menimpa bangsa Arab dan Kaum Muslimin, yaitu tantang permasalahan Masjid al-Aqsha;
sebagai kiblat pertama dan tempat mulia ketiga (setelah Makkah dan Madinah),
dan masalah Palestina, yang mana dunia tidak akan pernah damai sebelum
menyelesaikannya secara mendasar dan adil."
Seusai mu’tamar itu, Grand Syaikh
menyematkan tahun itu adalah tahun al-Aqsha. Tahun pembelaan terhadap al-Aqsha,
majlis-majlis di Al-Azhar dikhususkan untuk memperkenalkan tentang Aqsha. Hingga
ketika perayaan Malam Isra MI’raj seperti malam ini, Al-Azhar mengajak penduduk
Mesir untuk menghadiri pengijazahan kitab “Keutamaan Baitul Maqdis” karya Imam
Diya’uddin al-Maqdisi. Alhamdulillah atas izin Allah penulis bisa hadis dan
menyaksikan semua yang penulis sampaikan dalam tulisan ini.
Al-Quds (Yerussalem), bukan
sekedar tempat yang dimuliakan oleh Allah, tempat-tempat sekitarya juga
dijadikan tempat yang barokah sebagaimana di dalam al-Quran. Oleh Sebab itu
Umat Islam benar-benar ingin menjaga dan menghormati tempat para Nabi itu,
tempat tiga agama pernah hidup berdampingan secara rukun.
Sejarah membuktikan, jika tempat itu
dihuni umat Islam, perdamaian pasti terjadi. Saat Kekholifahan Sayyidina Umar,
Bangsa Yahudi yang pada saat itu menjadi buronan kerajaan Nasrani justru meminta
perlindungan kepada Umat Islam, di Yerusalem. Di sana mereka diperbolehkan
hidup layaknya umat Islam, beribadah dengan bebas, makan minum adalah tanggungan
Islam, bukankah Islam mengatakan, tidak beriman orang yang kenyang sedangkan
tetangganya yang kafir kelaparan?
Yerussalem adalah kota rawan konflik sejak dulu. Kota yang hingga saat ini menjadi perebutan manusia. Di dalamnya terdapat tiga agama besar yang hidup berdampingan dengan damai; Islam, Yahudi dan Nasrani. Negara yang terdapat di dalamnya kiblat pertama umat Islam itu pernah merasakan kejayaannya, setidaknya setelah Islam memimpin kekuasaan Yerusalem dan melindunginya. Di sana terdapat sebuah gereja yang bernama Holy Sepluchhre yang parsis di depan gereja itu ada sebuah masjid. Itu artinya, pernah terjadi toleransi agama yang sangat kental di kota itu. shingga pada zaman sultan Slahuddin al-Ayyubi pada tahun 1193 M., membangun sebuah masjid permanen tepat di depan gereja dengan nama Masjid Umar sebagai simbol toleransi di zaman itu.
Lebih dari itu semua, al-Quds atau
Yerussalem khusunya Masjid al-Aqsha adalah tempat Nabi Muhammad melakukan Isra’
pada malam ke 27 Rajab, menjadi Imam Shalat para Nabi dan Malaikat. Malam yang
penuh berkah, juga tempat yang amat berkah. Semoga Allah memberikan kemenagan
kepada Umat Nabi Muhammad..
Tulisan ini ditulis tepat pada malam ke 27
Rajab 1442 H., seusai majlis Isra’ Mi’raj bersama Ulama Al-Azhar. Di kota Kairo
Mesir Kamis 11 Maret 2021
Ali Afifi Al-Azhari