Penaklukan
Yerussalem
Upaya peluasan memang tidak dilakukan di zaman Kholifah
Abu Bakar as Shiddiq, beliau lebih fokus dengan melaksanakan wasiat Nabi untuk
memerangi kaum yang murtad sepeninggal Rosulullah Saw. Kemudian, kekholifahan
Islam berada di bawah panji Khalifah. Umar bin Khottob, beliau fokus dengan
peluasan wilayah Islam.
Penaklukan
beberapa tempat sangat berkembang pesat di zaman beliau. Beliau mengirim
pasukan jawara Muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin
Walid dan Amr bin Ash menuju Kekaisaran Romawi Timur . Perang ini dikenal
dengan perang Yarmuk, perang yang terjadi tahun 636 M. Perang ini merupakan
pukulan telak bagi Bizantium.
al-‘Udah
al-'Umariyah
Sampai Nabi
wafat, toleransi juga diterapkan pada zaman sayyidina Umar bin khottob. Sebagaimana kebiasaan umat Islam ketika menaklukkan
suatu daerah, mereka membuat perjanjian tertulis dengan penduduk setempat yang
mengatur hak dan kewajiban antara umat Islam Yerusalem dan penduduk non-Islam.
Perjanjian (Aelia Capitolina) ini
ditandatangani oleh Umar bin Khattab, Uskup Sophronius, dan beberapa panglima
perang Islam pada 20 Robiul Awal 15 H.( februari 638 M.). Khalifah. Umar mengalihkan kekuasaan Yerusalem
di bawah kepemimpinan Bizantium. Sejak beliau memimpin, beliau lebih memilih
rahmat kepada non-Muslim yang tidak menyerang umat Islam. Beliau melakukan seperti apa yang pernah dilakukan
Nabi Saw memerintah sebuah negara, Khalifah. Umar membuat perjanjian dengan
penduduk Yahudi dan Nasrani di bawah kepemimipinan Islam dengan perjanjian yang
hampir sama degan piagam Madinah. Perjanjian ini mengatur kehidupan toleransi
umat Islam dan non Muslim untuk hidup damai, piagam itu dikenal Al ‘uhda al
‘Umariyah, itulah toleransi Umar.
Sebagai
penakluk kota kiblat pertama kaum Muslimin ini Khalifah. Umar bin khttob yang
wataknya keras tidak menerapkan pembantaian kepada masyarakat kristen Yerusalem.
Beliau menerapkan seperti apa yang diterapkan Nabi kepada kaum Yahudi dan Nasrani di Madinah. Kelemahlembutan
Khalifah. Umar juga mendapat apresiasi penuh dari masyarakat Yerusalem. Mereka
merasa nyaman berada dibawah kepemimpinan umat Islam, bahkan mereka merasa
lebih baik dari sebelumnya. Hak-hak mereka tidak ada yang dikurangi dan
dirampas oleh Islam. Sebagai perbandingan, 23
tahun sebelum Yerusalem ditaklukkan umat Islam, wilayah Bizantium ini pernah
ditaklukkan oleh Persia. saat itu Persia
memerintahkan melakukan pembantaian terhadap masayarakat sipil Yerusalem.
Piagam itu di antaranya berisi : “Umar amir
al-mu’minin memberi jaminan perlindungan bagi nyawa, keturunan, kekayaan,
gereja dan salib, dan juga bagi orang-orang yang sakit dan sehat dari semua
penganut agama. Gereja mereka tidak akan
diduduki, dirusak atau dirampas. Penduduk Ilia (maksudnya Yerusalem) harus
membayar pajak (jizya) sebagaimana penduduk lainnya”.Dan seterusnya.
Sebagai ganti perlindungan terhadap diri, anak cucu,
harta kekayaan, dan pengikutnya Sophorinus juga menyatakan jaminannya. “kami
tidak akan mendirikan monastery, gereja, atau tempat pertapaan baru dikota dan
pinggiran kota kami;Kami juga akan menerima musafir Muslim kerumah kami dan
memberi mereka makan dan tempat tinggal untuk tiga malam… kami tidak akan
menggunakan ucapan selamat yang digunakan Muslim; kami tidak akan menjual
minuman keras; kami tidak akan memasang salib di jalan-jalan atau di
pasar-pasar milik umat Islam”. 42
Bukan hanya itu, salah satu poin dalam Piagam itu
melarang Yahudi masuk ke wilayah Yerusalem,ini atas usulan Sophorinus. Namun
Umar meminta ini dihapus dan Sophorinus
pun setuju. Umar lalu mengundang 70 keluarga Yahudi dari Tiberias untuk tinggal
di Jerussalam dan mendirikan Synagogue. Konon Umar bahkan mengajak Sophorinus
membersihkan Synagog yang penuh dengan sampah. Itulah toleransi Khalifah. Umar.
Prestasi Khalifah. Umar mengatur negara dengan
toleransi Islam sangat gemilang, banyak cendikiwan barat yang mengakui akan
keadilan Khalifah. Umar . Sehingga, mereka menuliskan dalam sejarah indanya
toleransi di zaman itu.
Karen
Amstrong Memuji Sikap Umar
Karen Amstrong memuji ketinggian sikap Khalifah. Umar
dalam meaklukkan jerussalam yang tidak pernah dilakukan oleh penguasa penguasa
lainnya. Karen amstrong mencatat:
“ Umar juga mengekpresikan sikap
ideal kasih sayang dari penganut (agama) moneteistik, dibandingkan dengan semua
penakluk Yerusalem lainnya, dengan kemungkinan perkecualian pada raja Daud. Ia
memimpin satu penaklukan dengan sangat damai dan tanpa tetesan darah, yang kota
itu belum pernah menyaksikan sepanjang sejarahnya yang panjang dan sering
tragis. Saat ketika kaum kristen menyerah tidak ada pembunuhan di sana, tidak
ada penghancuran properti, tidak ada pembakaran simbol simbol agama lain, tidak
ada pengusiran atau pengambilalihan, dan tidak ada usaha untuk memaksa penduduk
Yerusalem memeluk Islam. Jika sikap respek terhadap penduduk yang dilakukan
dari kota Yerusalem itu dijadikan sebagai tanda intergitas kekuatan
monoteistik, maka Islam telah memulainya untuk masa yang panjang di Yerusalem,
dengan sangat baik tentunya.” 43
Masa
Gelap Umat Yahudi
Sebelum umat
Islam menuliskan tinta emas dalam sejarah Yhudi, Umat Yahudi pernah menglami
masa gelapnya. Max L. Margolis dan
Alexnder Marx mencatat, kominitas awal awal Yahudi di Eropa dapat dijumpai di
Roma sekitar tahun 200 M. Sejumlah peristiwa pahit menimpa kaum Yahudi, dimana
mereka di usir besar besaran oleh imperium kekuasaan Romawi. Yahun ke 19 ,
kaisar Tiberius mengusir Yahudi dari Roma dan Italia. Namun tampaknya mereka
masih kembali lagi. Tahun 44, kaum Yahudi termasuk yang menagisi kematian
Julius caesar. Tahun 54, karena menentang propaganda kristen, Yahudi dilarang
berkumpul di sinagong. Tahun 139, sejumlah Yahudi diusir kembali dari Roma.
Tak satupun negara yang menerima kaum Yahudi, dimana
saja mereka diusir dan dibantai. Di samping juga banyaknya negara yang fanatik
terhadap agama kristen dan menjadikan gereja sebagai bagian dari ketetapan
negara, Yahudi diusir dari negara tersebut, utamanya di benua Eropa. Sampai
abad ke 15, pembantaian Yahudi itu terus saja terjadi di Spanyol. Di Rusia pemabantaian dan
penindasan Yahudi dikenal dengan ‘programs’ (mob voilence) dan masih
berlangsung hingga abad ke 20.
Toleransi beragama yang Rosulullah ajarkan sempat
mencatat tinta emas dalam sejarah Yahudi. Setelah diusir dari Spanyol kaum Yahudi
dilindungi oleh turki Ustmani. Saat Spanyol berada dibawah kekuasan Islam kaum Yahudi
juga diperlakuan layaknya manusia. Penaklukan Konstantinopel oleh sultan
Muahmmad al Fatih sebagai benteng terkuat sedunia kala itujuga menerapkan sikap
toleransi. Rakyat Konstantinopel awalnya takut dengan kekuasaan Islam, mereka
mengira mereka akan ditindas oleh pemimpin Islam dan mereka mayoritas adalah Nasrani,
dan ternyata mereka mengakui akan mulianya Islam kepada rakyat. Bahkan mereka
merasa lebih baik daripada pemimpin mereka sebelumnya. Tak ada paksaan masuk Islam,
tapi justru mereka berlomba-lomba untuk masuk Islam.
Di daerah terjadi konflik tersering di dunia yaitu
kota Yerusalem. Kota yang hingga saat ini menjadi perebutan manusia. Di
dalamnya terdapat tiga agama besar yang hidup berdampingan dengan damai; Islam,
Yahudi dan Nasrani. Negara yang terdapat di dalamnya kiblat pertama umat Islam
itu pernah merasakan kejayaannya, setidaknya setelah Islam memimpin kekuasaan Yerusalem
dan melindunginya. Di sana terdapat sebuah gereja yang bernama Holy Sepluchhre
yang parsis di depan gereja itu ada sebuah masjid. Itu artinya, pernah terjadi
toleransi agama yang sangat kental di kota itu. shingga pada zaman sultan
Slahuddin al Ayyuby pada tahun 1193 M., membangun sebuah masjid permanen tepat
di depan gereja dengan nama Masjid Umar sebagai simbol toleransi di zaman itu. Khalifah
Umar dan dan Sophorinus bisa dikatakan adalah “bapak toleransi atau pluralisme”
dalam beragama. Namun, penerapan pluralisme yang kita temui saat ini sangat
berbeda jauh dengan “bapak pluralisme” sendiri setelah makna pluralisme dirusak
oleh “Liberal”.
Ali Afifi
Kairo, 9 Maret 2016