Fikih Hari Raya (‘Id) Oleh: Abuya Muhammad Hasan Abd Mu'iz Mudir Ma'had Sayyid Muhammad Alawi al-Maliky Bondowoso Kita sekarang sudah memasuki tanggal 24 Ramadan. Mudah-mudahan Allah menerima puasa yang sudah kita laksanakan selama 24 hari ini. Juga semoga Allah menganugerahkan kepada kita Lailatul Qadr, dan memanjangkan umur kita sehingga kita bisa bertemu lagi dengan Ramadan yang akan datang. Amīn ya Rabb. Ketika sudah...
Antara NKRI dan Syariat Islam Oleh: Ali Afifi (Mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo) Akhir-akhir ini kita sering dibenturkan antara penerapan syariah, amar ma'ruf nahi mungkar dengan loyalitas kecintaan terhadap tanah air. Kita juga sering tertipu dengan jargon yang sering digaungkan kelompok liberal, "NKRI harga mati" yang timbul sebagai kelompok yang merasa paling mencintai ranah air. "NKRI harga mati" adalah slogan yang sangat benar dan...
Pancasila dan sistem Khilafah ala HTI Oleh; Ali Afifi (Mahasiswa Al-Azhar Kairo) Konsep Khilafah Islamiyah yang diusung oleh HTI mungkin harus dan perlu kita luruskan. Karena jika input pemahamannya sudah salah, maka output yang diaplikasikan juga salah. Memang niat mereka baik namun cara yang digunakan sangat salah. Pertama dalam memahami khilafah Islamiyah, jika yang mereka pahami Khilafah adalah, umat Islam seluruh dipimpin oleh...
Tipu Muslihat Aktivis Liberal dalam Menolak Syariat Islam Oleh : Ali Afifi (Mahasiwa Universitas Al-Azhar Kairo) Salah satu tipu muslihat aktivis sekuler liberal dalam menolak syariat Islam adalah dengan menggunting ajaran islam dari bentuk aslinya menjadi bagian-bagian kecil. Setelah memotongnya menjadi bagian-bagian tertentu, kemudian menghimpunnya menjadi satu kesatuan yang sangat bengis. Misalnya mengekspose pada dunia, hukum Islam berupa potong tangan, rajam, pukulan 70...
Islam Nusantara, Tidak Ada Islam Arab Beberapa minggu lalu, senior kami di Al Azhar; bapak Muchlis Hanafi MA. (Dewan pentashih al-Quran Indonesia) berbicara mengenai Islam Nusantara. Beliau mengutarakan ketidaksetujuannya dengan adanya istilah ISLAM NUSANTARA baru-baru ini.Menurutnya, penggandengan kata (Islam) dengan (Nusantara) menyebabkan beberapa konotasi yang buruk terhadap Islam dan berupaya memecah belah umat. Karena dalam ilmu bahasa, salah satu tujuan "idhafah" adalah "...
Mengkritisi Tanpa Membenci Beberapa bulan lalu, salah seorang sahabat saya terheran saat melihat saya mencium tangan KH. Said Aqil Siraj; ketua PBNU saat beliau berkunjung ke Mesir. Rasa herannya bertambah lagi saat saya ikut mengiringi KH. Said Aqil ke rumah Sahabat beliau yang kebetulan satu apartemen dengan saya. Lantas sahabat saya bertanya :"Ali, Antum kok hormat banget sih sama pak Said, padahal Antum...
Makna “Istiwa’” menurut al-Ghazali
Dalam bukunya Ihya’ Ulumu ad-Din, Imam al-Ghazali menuliskan
sebuah pasal khusus yang menerangkan masalah deskripsi akidah Ahlussunnah Wal
Jamaah. Dalam salahsatu judul, al-Gahzali menulis “Mengetahui bahwa Dzat Allah yang Maha Suci
lagi Maha Tinggi hanyalah satu”. Beliau membagi domain menjadi 10 bagian, dan
pada bagian ke 8 al-Ghazali menjawab pertanyaan kita. Apa makna “Istiwa’” bagi
Allah SWT ?.
Beliau menjawab :
“Makna dari Istiwa’ (bersemayam) bagi Allah SWT adalah makna
yang tidak menegasikan sifat kebesaran Allah SWT dan yang tidak memasuki ranah
fana dan sifat kemakhlukan. Yang dimaksud Istiwa yang menyerupai makhluk adalah
memaknai ayat istiwa’ dengan bersemayam di atas langit. Allah berfirman dalam
al-Quran :
ثم استوى الى السماء وهي دخان
“Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap...” (Al Fushilat:
11)
Maka tidak ada cara makna lain kecuali “Menaklukkan dan
Pengambilihan”. Sebagaimana dikatakan oleh penyair Arab:
قد استوى بشر على العراق # من غير سيف ودم مهراق
“Seorang telah menundukkan
(menaklukkan) Negara Iraq, tanpa pedang (peperangan) ataupn darah yang
dialirkan”.
Para Ulama ahlul Haq dan Ulama Batin
merasa darurat untuk mentakwil ayat di berikut:
وهو معكم
اينما كنتم
“Dia bersamamu dimanapun berada “(Al
Hadid : 4)
Maka makna kebersaaan Allah
adalah Maha menyeluruh dan Maha mengetahui, Allah mengetahui gerak gerik
makhluknya. Kemudian hadis Nabi SAW:
قلب
المؤمن من بين أصبعين من أصابع الرحمن
“Hati seorang Mu’min berada di “dua jari” di antara “jari-jari”
Allah” .
Maka maknanya adalah “Takluk dan
Berkuasa”, hati seorang mukmin ada dalam kekuasaan Allah SWT. Kemudian hadis :
الحجر
الأسود يمين الله في أرضه
“Batu Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di
bumi”.
Maka maksudnya adalah bentuk pemulyaan Allah
terhadap batu itu, karena jika dibiarkan atas makna secara leterleg maka akan
rancu, dan hal itu sangat mustahil. Maka demiakian juga dengan makna “Istiwa’”,
jika dipahami dengan maknanya secara leterleg atau tekstual, yakni bermakna
bersemayam layaknya mausia di atas kursi, maka yang konsekuensinya adalah Allah
berupa badan yang menyentuh kepada Ars (Singgasana)—Tidak mungkin—ataupun akan
imbul pertanyaan lebih besarkah atau lebih kecilkah antara kursi dan Allah, dan
ini semuanya mustahil. Apa saja yang berkonsekuensi pada hal yang mustahil maka
itu mustahil.” (Ihya’ Ulumuddin hlm. 181 Dar-Al Quds, cet pertama Th. 2012)
*Penerjemah : Ali Afifi
Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo.
Pluralisme Agama Oleh: Ali Afifi ( Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo) Dalam kamus besar bahsasa Indonesia plural artinya jamak, plural adalah kata yang digunakan untk menunjukkan jumlah yang lebih dari satu. Secara etimologi pluralisme agama bersal berasala dari dua kata; “plural” dan “agama”. Jika kita terjemahkan kedalam bahsa Arab maka bunyinya “al taaddudiyah al Diniyah” dan dalam bahasa inggris menjadi “preligious pluraism”. Kata pluralism...
ANTARA TOLERANSI DAN PLURALISME Oleh: Ali Afifi (Mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo) Dalam ajaran Islam dikenal sebuah istilah menghormati agama orang lain dengan sebutan toleransi beragama, yang artinya menghormati keberagaman agama lain selain Islam dan hidup damai berdampingan bersama tanpa adanya perselisihan. Pada zaman Nabi SAW, beliau sudah mengajarkan kepada umat Islam cara hidup berdampingan dengan non-muslim (Baca; Kafir), cara berinteraktif dengan mereka...
Anda bertanya, Syekh Ali Jum’ah menjawab. Pertanyaan: Seorang asal negara Ukraina bertanya kepada Sykeh: “Di negara saya, waktu Isya ‘ pukul 23.30, waktu Maghrib pukul 22.00, dan waktu adzan Subuh pukul 02.00. Bagaimana dengan puasa saya yang lamanya 20 jam, hal itu akan berakibat buruk terhadap kesehatan saya. Juga untuk meakukan sholat Tahajjud, saya tidak mungkin mengawalinya dengan tidur dikeranakan waktu 4 jam...
Riwayat Abuya Sayyid Ahmad al-Maliky dari Ayahanda Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliky Benarkah Rasulullah SAW hadir pada saat Mahallu Qiyam? Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi al-Maliky berkata: "Ayahanda Sayyid Muhammad al-Maliky pernah berkata kepadaku “ Jikalau ada yang mengatakan kepadamu bahwa Nabi SAW hadir pada saat Mahallul Qiyam (Berdiri saat pembacaan Mualid Nabi), ataupun berkeyakinan Nabi muncul ataupun lainnya, maka janganlah percaya hal...
“Jika namamu tertulis di Lauhimmahfud sebagai jodohku, tujuh benua dan lima samudera tak akan pernah memisahkan kita” Kata Allah... Jodohku Lagi OTW Oleh : Ali Afifi Hmmm...........ngomongin soal jodoh, kalo sama jomblo nyambung nggak ya?. Ya udah, pura-pura nyambung aja... Seorang teman atau salah satu anggota keluarga bertanya: “Kok sendirian, Mana pasangannya?...“ “Melamun mulu? , mikirin calon ya?...” “Habis wisuda, lanjut s2 atau...